KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) diprediksi akan mencapai level 7.000 pada kuartal II-2023 dan 7.200 pada akhir tahun. Namun, hingga pertengahan Mei, IHSG masih bertengger pada posisi 6.700-an. Hal ini dipengaruhi oleh suku bunga The Fed yang kerap mengalami kenaikan selama satu tahun terakhir. Sejak berakhirnya suku bunga 0% pada Maret 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebanyak 9 kali. Kini, suku bunga The Fed berada pada posisi 5,25%. Di sisi lain, Bank Indonesia juga kerap menaikkan suku bunganya sejak Maret 2022 yang berada pada posisi 3,5%. Meski tak seekstrim The Fed, kini suku bunga BI berada di posisi 5,75%.
Kendati demikian,
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2023 masih akan bergerak di sekitar level 7.880 meski hingga kini pergerakannya cenderung
sideways dan terdapat kecenderungan melemah ke depannya.
Baca Juga: IHSG Diramal Melemah pada Senin (15/5), Ini Rekomendasi Saham yang Bisa Dilirik “Kemungkinan nggak akan jauh dari itu, kita proyeksi di semester 2 ini akan lebih baik sebenarnya,” jelasnya dalam acara Economic Seminar by Mirae Asset Sekuritas Indonesia di Jakarta Jumat (12/5). Sementara pergerakan
sideways dinilai
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina akibat sektor komoditas yang dalam beberapa pekan terakhir mengalami penurunan. “Ini membuat indeks kita juga sangat berat untuk kenaikannya karena memang salah satunya disumbang oleh komoditas,” kata Martha dalam acara yang sama Jumat (12/5). Selain komoditas, sektor barang baku dan sektor energi jadi salah satu penyumbang penurunan terbesar untuk tahun ini terlebih dengan kenaikan harga saham di tahun lalu. Namun, beberapa sektor justru mengalami peningkatan seperti
consumer, retail, cyclical, dan
banking. Hal ini membuat IHSG akhirnya kembali bergerak lebih
sideways. “Juga memang ada
shifting, tahun lalu portofolio investor rata-rata besar di batubara, di sektor komoditas, ketika mereka merespons kinerja di kuartal 1 benar-benar turun, jadi memang investor ke depan akan mulai
shifting portofolionya,” tambah Martha. Meski begitu, para pelaku investor dapat mencermati saham pada sektor lain yang masih menarik seperti sektor
consumer goods. Sektor ini menarik karena diuntungkan dari penurunan sektor komoditas. Martha menyimpulkan sektor
consumer goods dan perbankan menjadi dua sektor favorit yang dapat diperhatikan para pelaku investor di tengah pergerakan IHSG yang cenderung bergerak
sideways.
Baca Juga: IHSG Masih Berpotensi Tembus ke Level 7.000, Ini Syaratnya Di sisi lain, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mencermati pergerakan IHSG
bear case pada level 6.615 dan bull case pada level 7.818.
"Secara teknikal, kami mencermati IHSG berpeluang menguat apabila tidak
break dari
support krusial di 6.542 dan mampu menembus 6.971," kata Herditya. Adapun sentimen yang ada justru kurang mendukung adanya penguatan IHSG terlebih secara global masih adanya pembahasan
debt ceiling AS. Selain itu adanya kekhawatiran krisis likuiditas di AS masih menjadi perhatian para pelaku pasar, meskipun data dari dalam negeri dapat dikatakan cukup baik. "Selama suku bunga masih
inline dengan konsensus dan perkiraan
market nampaknya menjadi pendorong IHSG," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi