KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dalam tekanan di awal pekan ini. Senin (5/7), IHSG ditutup melorot 0,29% atau ke level 6.005,61.
Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe mengungkapkan, pelemahan IHSG merupakan hal wajar setelah sebelumnya indeks sudah mengalami penguatan. Ia mencermati, pergerakan saham-saham yang tertekan tidak disebabkan oleh Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang mulai diterapkan oleh pemerintah pada Sabtu 3 Juli 2021 yang lalu.
Dibandingkan PPKM Darurat, pergerakan IHSG lebih dipengaruhi oleh perkembangan realisasi vaksinasi Covid-19 yang tengah digenjot oleh pemerintah Indonesia. Lebih lanjut, Kiswoyo bilang, IHSG cenderung digerakkan oleh ekspektasi pelaku pasar ke depan, bukan yang terjadi saat ini. Oleh karenanya, sentimen realisasi vaksinasi Covid-19 lebih berdampak ke pergerakan IHSG. Sebab, vaksinasi akan mempengaruhi kasus Covid-19 di Indonesia, dan saat ini pemerintah gencar mempercepat penerimaan vaksin di masyarakat.
Baca Juga: IHSG berpotensi melemah lagi, simak rekomendasi saham untuk hari ini (6/7) "Kalau orang yakin enam bulan ke depan ekonomi Indonesia tumbuh, orang akan banyak beli saham, kalau banyak beli saham, otomatis IHSG akan naik," jelas dia kepada Kontan.co.id, Senin (5/7). Kiswoyo pun memperkirakan pergerakan IHSG masih sesuai target awal yang dibidiknya, yakni di level 6.800 pada akhir 2021. Sementara untuk bulan Juli ini, IHSG akan berada di kisaran angka 6.250. Adapun, level bawahnya di 5.850 hingga 5.900. Walau begitu, Kiswoyo tidak memungkiri dalam perjalanan menuju level 6.800 hingga akhir tahun, IHSG akan mengalami pergerakan naik dan turun yang dipengaruhi oleh data-data kasus positif Covid-19 di Indonesia. Akan tetapi, pengaruhnya itu hanya sesaat. Menyikapi kondisi saat ini, dia pun merekomendasikan investor
buy on weakness saham-saham
blue chips. Sepengamatannya, untuk saat ini, saham
blue chips tengah berguguran dan masih murah. Ia menyarankan, investor mencermati saham
BBCA,
BBRI,
TLKM,
ASII,
INDF, dan
ICBP. Mengingat saham-saham ini memiliki bobot besar yang berpotensi menggerakkan IHSG menyentuh level 6.800 di akhir tahun.
Untuk INDF dan ICBP, Kiswoyo mencermati produk-produknya masih dibutuhkan oleh masyarakat dalam kondisi apapun, termasuk dalam kondisi di sisa tahun ini. Sementara itu, kinerja TLKM akan ditopang kebutuhan data yang tinggi di tengah imbauan kepada masyarakat untuk bekerja dari rumah (
work from home) dan sekolah dari rumah (
school from home).
Untuk ASII, diskon PPnBM hingga Agustus 2021 masih menjadi katalis positif yang akan mengerek kinerjanya. Sementara itu, bagi emiten perbankan macam BBCA dan BBRI, dinilai tetap dibutuhkan oleh masyarakat di tengah kondisi apapun, termasuk dalam pemulihan ekonomi. "
Buy on weakness atau
buy juga bisa. Kalau bisa dipecah-pecah, artinya jangan sekali tembak. Beli dahulu nanti kalau harga turun, beli lagi. Dicicil saja belinya," sarannya. Adapun hingga akhir tahun 2021, dia menargetkan harga ASII berada di Rp 6.000 per saham, TLKM di Rp 4.000 per saham. Sementara target harga untuk BBCA dan BBRI masing-masing Rp 35.000 per saham dan Rp 4.500 per saham. Untuk target harga ICBP dan INDF mencapai Rp 6.800 per saham dan Rp 9.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari