KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada awal Juni 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) bergerak variatif di rentang 7.000-7.200. IHSG kembali ditutup naik 0,63% ke posisi 7.141,05 pada Selasa (7/6), setelah merosot 1,20% ke 7.096,58 pada Senin (6/6). Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, posisi IHSG masih berada pada fase
bearish selama belum mampu menembus
resistance terdekat yang berada di 7.233 dan 7.267. Sementara itu, level
support terdekat IHSG diperkirakan berada di 7.033 dan 6.972. "Selama belum mampu
break resistance tadi, maka IHSG masih rawan turun ke 6.870-6.950," kata Herditya saat dihubungi Kontan.co.id Selasa (7/6).
Menurutnya, saat ini, investor masih mencermati pengetatan kebijakan moneter The Fed serta tingkat inflasi di beberapa negara maju. Kedua hal tersebut dikhawatirkan berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi secara global.
Baca Juga: IHSG Masih Bergerak di Rentang 7.000-7.200, Ini Penyebabnya Bernada serupa, Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki melihat, IHSG masih rawan koreksi minor jika belum mampu menembus dan bertahan di atas level 7.229. Sementara itu, level
support terdekat IHSG berada 7.020. Jika berhasil dijebol, area 6.928-6.930 menjadi
support selanjutnya. Menurut Yaki, pengetatan kebijakan moneter The Fed masih berpotensi membayangi IHSG. Namun, jika data cadangan devisa yang dirilis pada Rabu (8/6) meningkat, maka hal tersebut dapat menjadi sentimen positif tambahan untuk IHSG.
"Selain itu, rilis data ekspor-impor dan neraca perdagangan juga akan menjadi perhatian investor di samping pergerakan harga komoditas, minyak, batubara, dan logam," tutur Yaki.
Baca Juga: Emiten INTP dan MDKA akan Gelar Buyback Saham, Berikut Rekomendasinya Menurut Yaki, saham-saham emiten pertambangan menarik untuk diperhatikan. Ia menjagokan
INCO dengan resistance terdekat di Rp 7.950-Rp 8.250 per saham,
BUMI dengan
resistance terdekat di Rp 63 - Rp 64 per saham, dan
ADMR dengan
resistance terdekat di Rp 2.400-Rp 2.450 per saham. Herditya juga menilai, saham-saham pertambangan masih cukup menarik untuk dicermati. Pasalnya, pergerakan harga komoditas diperkirakan masih berpeluang untuk menguat kembali. Ia mengunggulkan DOID dengan target harga Rp 480-Rp 500 dan
BRMS Rp 240-Rp 250 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli