KONTAN.CO.ID - JAKARTA.
Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza C. Suryanata memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) masih mampu ditutup di sekitar 7.300-7.400 pada akhir tahun ini. Liza bilang, sejumlah sentimen global turut membayangi pergerakan IHSG di kuartal akhir 2022. Liza mengungkapkan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) terbilang solid dengan data
unemployment rate yang turun ke angka rendahnya di level 3,50% dan ADP
employment change September yang bertambah 12% secara bulanan. Liza melanjutkan, kondisi tersebut mengindikasikan ekonomi AS siap untuk kenaikan Federal Funds Rate (FFR) lanjutan menjadi 4% pada November mendatang.
Di sisi lain, ketatnya pasar tenaga kerja kontras dengan data manufaktur AS yang mengarah pada kontraksi, dengan ISM Manufacturing September berada di level 50,9 ketimbang 52,8 pada Agustus 2022 atau menjadi level terendah sejak pra-pandemi 2020 lalu.
Baca Juga: Masih Optimistis, Sejumlah Analis Pertahankan Target IHSG Akhir Tahun Selanjutnya, Liza mengatakan, investor juga mengantisipasi dampak pemangkasan produksi minyak OPEC sebanyak 2 juta barel per hari (bpd) atau setara 2% permintaan minyak global per November mendatang. Kata Liza, hal ini akan mendorong kenaikan kembali harga minyak global dan berpotensi menahan inflasi AS tetap tinggi untuk periode yang lebih lama. "Jadi fokus pasar finansial dunia pada kuartal akhir ini adalah keputusan
hawkish atau
dovish dari The Fed dalam tren kenaikan suku bunga AS," ungkapnya, Senin (10/10). Lebih lanjut, ia menjelaskan tren suku bunga tinggi yang bertahan dalam jangka waktu lama dapat membawa ekonomi AS pada risiko resesi. Ke depannya, Liza melihat IHSG berpotensi menguji level 6.850. Apabila hal itu benar terjadi, maka investor dapat menggunakan momentum pelemahan sebagai kesempatan untuk
buy on weakness. Adapun sektor dan saham yang menarik untuk dicermati ada sektor perbankan, kemudian komoditas, telekomunikasi, dan energi. Liza bilang sektor perbankan berpotensi mengalami peningkatan
revenue berasal dari NIM yang lebih tinggi, hasil dari naiknya suku bunga acuan 7DRRR. Sementara sektor telekomunikasi merupakan sektor yang defensif. Dan sektor komoditas menarik karena masih jadi andalan ekspor Indonesia, apalagi karena musim dingin bisa mengerek permintaan.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,46% ke 6.994 di Akhir Perdagangan Senin (10/10) Dari dalam negeri,
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya menilai, potensi penurunan konsumsi pasca kenaikan harga BBM bisa menekan pergerakan IHSG. "Indonesia sebagai negara produsen komoditas, dimana harganya sedang melonjak tinggi dan fundamental ekonomi Indonesia masih kondusif menjadi katalis positif untuk pergerakan IHSG," tambah Cheril. Cheril juga merekomendasikan
buy on weakness saham-saham
big caps dari sektor perbankan, konsumen primer, dan komoditas energi dengan target penguatan 10%. Dengan fundamental perekonomian Indonesia yang relatif kuat, ia masih mempertahankan target IHSG pada akhir tahun di 7.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi