KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) diproyeksi kembali melemah pada pekan depan. Sekedar mengingatkan, pergerakan IHSG melemah 1,31% dalam sepekan setelah ditutup di level 6.651,9 pada Jumat (15/7). Pada periode 11-15 Juli 2022, terjadi penjualan bersih atau net sell asing sebesar Rp 1,7 triliun di seluruh pasar. Analis MNC Sekuritas Aqil Triyadi mengungkapkan, untuk pekan yang berlangsung pada 18-22 Juli 2022, IHSG diproyeksi masih koreksi.
"Dari AS menanti rilis data penjualan rumah Juni 2022, rilis data inflasi Inggris, pengumuman suku bunga ECB, dan dari dalam negeri suku bunga BI bisa jadi faktor penggerak IHSG di pekan depan," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7). Secara teknikal, ia juga melihat IHSG akan menguji level
support di 6.559, sementara level
resistance di 6.766.
Baca Juga: Terpuruk Saat Pandemi Covid-19, Kini Saham-saham Old Economy Mulai Bangkit Adapaun beberapa saham yang disarankannya pekan depan ada PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (
ADMR) dengan rekomendasi
buy on weakness Rp 1.480-Rp 1.530 per saham,
resistance Rp 1.795 per saham, Rp 1.880 per saham, dan
sell below Rp 1.480 per saham. Adapun untuk PT Mahaka Media Tbk (
ABBA) bisa
buy on weakness di Rp 216-Rp 226 per saham,
resistance Rp 256 per saham, Rp 264 per saham, dan
sell below Rp 210 per saham. Untuk PT Bank Neo Commerce Tbk (
BBYB) direkomendasikan
buy on weakness di Rp 1.170-Rp 1.230 per saham,
resistance Rp 1.355 per saham, Rp 1,480 per saham. dan
sell below Rp 1.130 per saham. Sementara itu, Analis Phillip Sekuritas Helen cenderung menjagokan saham-saham
blue chips pekan depan. Harganya yang cukup tertekan bisa menjadi pertimbangan investor. Adapun Helen melihat IHSG juga memiliki kecenderungan melemah minggu depan. "Secara teknikal, pergerakan IHSG sepekan depan
support di 6.512
resistance di 6.860," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7). Helen menambahkan, beberapa faktor yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG minggu depan ada kebijakan moneter the Fed, data ekonomi global, serta harga komoditas. Sementara dari dalam negeri, adanya antisipasi rilis kinerja emiten dan hasil RDG Bank Indonesia yang akan digelar Rabu-Kamis 20-21 Juli 2022 menjadi faktor berpengaruh lain.
Baca Juga: Ada Pencatatan Surat Utang Total Rp 7,23 Triliun di BEI Pekan Ini Adapun untuk pelemahan pekan ini, 11-15 Juli 2022, Helen melihat tren inflasi di sejumlah negara menjadi salah satu pemberatnya. Kondisi tersebut berpotensi menaikkan suku bunga dan mendorong pada ancaman resesi. Sentimen negatif itu cenderung mendominasi dibanding sentimen positif seperti ekspektasi dari rilis kinerja keuangan emiten untuk semester pertama 2022 dan rilis data neraca dagang Indonesia yang mencatatkan surplus sebesar US$ 5,09 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari