KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Jelang akhir bulan Mei, Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) merosot 1,49% atau 106,09 poin ke angka 7.034,14. Bahkan IHSG mencapai titik terendah intraday di angka 6.984,98 pada penutupan perdagangan Kamis (30/5). IHSG diprediksi
koreksi terbatas dengan support di angka
6.
984 dan resistance di level
7.
097 pada akhir pekan sekaligus menutup bulan Mei, Jumat (31/5)
. Senior Investment Information Mirae Aset Sekuritas Indonesia Muhammad Nafan Aji Gusta menjelaskan, kebijakan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama oleh Federal Reserve tidak hanya presisi dengan pelemahan rupiah terhadap dolar AS, tetapi juga menjadi tekanan yang besar bagi pasar. Menyusul juga terdapat kenaikan pada
yield US Treasury.
Menurut Nafan, sekarang merupakan momentum yang tepat untuk
buy on weakness. Investor dapat membeli saham dengan harga diskon. Hal ini didukung dengan emiten-emiten yang berkomitmen kuat dalam menerapkan
good corporate governence yang berimplikasi pada kinerja fundamental yang baik. “Hal ini terkait dengan peningkatan dari sisi
top line ataupun
bottom line, jadi ini merupakan momentum yang pas,” kata Nafan. Dalam waktu mendatang, dirinya melihat, pasar akan mendapatkan kepastian berupa June
dot plot dari The Fed berkenaan dengan penyesuaian kebijakan pemangkasan suku bunga. Di sisi lain, pasar juga tengah menantikan rilis Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II-2024.
Baca Juga: IHSG dan Rupiah Kompak Anjlok, Begini Strategi Bagi Investor Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyebut, pelemahan IHSG didorong oleh
pelemahan nilai tukar rupiah. Penurunan IHSG juga terpengaruh penurunan mayoritas bursa global dan Asia. Pelemahan ini juga disebabkan oleh pendirian
dari The Fed yang masih akan menahan suku bunga acuannya di bulan Juni. Selain itu, t
erdapat kekhawatiran investor akan adanya rilis data PDB
AS pada malam hari ini
. Herditya mem
perkirakan, koreksi IHSG akan cenderung terbatas dengan support di angka
6.
984 dan resistance di level
7.
097 pada Jumat (31/5)
. Sedangkan Herditya mencermati saham KLBF dengan target harga Rp 1.580 – Rp 1.605, BBRI berkisar di level Rp 4.500 – Rp 4.680, dan ASSA di harga Rp 785 – Rp 805.
Baca Juga: Henan Putihrai (HPAM) Evaluasi Produk Reksadana Seiring Koreksi Saham-Saham Bank Sementara Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang melihat terdapat potensi
technical rebound pada IHSG
di Jumat (31/5). Hal tersebut didasari atas terbentuknya pola
lower shadow atas
technical rebound pada saham-saham bluechip, terutama bank berkapitalisasi besar. Selanjutnya, pelemahan rupiah banyak disebabkan oleh sentimen eksternal.
Pertama, ketidakpastian
arah kebijakan moneter the Fed. Kedua,
kenaikan inflasi di Jerman sebesar 2,4% year on year (YoY)
di Mei 2024 yang
memicu kekhawatiran terhadap peluang pemangkasan suku bunga acuan European Central Bank (
ECB)
. Kemudian yang
ketiga berupa revisi positif terhadap outlook pertumbuhan ekonomi Tiongkok oleh IMF. Hal ini
memicu capital outflow dari negara berkembang lain, termasuk Indonesia. Baca Juga: IHSG Merosot ke 7.034 Diikuti Net Sell Asing Rp 1,18 Triliun, Kamis (30/5) Mempertimbangkan ketiga
hal di atas, Alrich
mewaspadai potensi dead cat bounce pada saham-saham perbankan. “
Jangan terlalu agresif di akhir pekan ini,
IHSG masih rawan uji level psikologis yang juga merupakan critical support level 7.000,” kata Alrich kepada Kontan.co.id, Kamis (30/5). Terakhir,
Ekspektasi perlambatan pertumbuhan ekonomi di AS menjadi harapan dalam
meredam laju
outflow. Karena hal diperkirakan mampu
menekan the Fed untuk mempertahankan peluang pemangkasan suku bunga acuan di September 2024. Alrich
menyebut, merekomendasikan trading buy jangka pendek saham-saham
ADRO, PTBA, JPFA, CPIN,
dan SMRA untuk perdagangan di Jumat (31/5)
. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati