KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) ditutup stagnan atau turun tipis sebesar 0,28 poin ke level 6.109,94 pada akhir perdagangan saham, Kamis (16/9). IHSG, menurut Analis Erdhika Elit Sekuritas Hendri Widiantoro, turun akibat pasar masih optimis dari adanya perbaikan beberapa data ekonomi domestik bulan Agustus yang telah dirilis. Salah satunya, neraca perdagangan yang tercatat surplus US$ 4,74 miliar pada Agustus 2021 dari US$ 2,31 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya dan jauh di atas konsensus pasar sebesar US$ 2,36 miliar. Menurutnya, katalis ini menjadi salah satu pendorong optimisme pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia semester II-2021. Hanya saja, positifnya data indikator ekonomi domestik ini masih belum mampu mengangkat IHSG berada ke zona hijau karena katalis negatif dari regional akibat penyebaran kasus Covid-19 varian delta lebih mendominasi.
Selain dari domestik, pergerakan IHSG cenderung masih tertahan juga karena adanya kenaikan kasus Covid-19 di China yang kini tak terhindarkan lagi. Berdasarkan data terakhir China juga mulai meningkatkan angka testing guna mendeteksi lebih dini masyarakat yang sudah tertular oleh varian baru Covid-19 ini.
Baca Juga: IHSG ditutup nyaris stagnan di 6.109 pada akhir perdagangan Kamis (16/9) Untuk besok, Hendri menjelaskan ada beberapa data ekonomi yang bisa jadi penggerak IHSG. Beberapa diantaranya rilisnya data penjualan motor domestik selama bulan Agustus yang sebelumnya sempat tumbuh signifikan sebesar 28,9% bulan Juli (YoY) dan dari Amerika Serikat akan rilis juga data
foreign bond investment. Selain itu, pada Kamis malam akan rilis data ketenagakerjaan AS mengenai klaim pengangguran yang diproyeksikan akan mengalami kenaikan setelah sebelumnya hampir 2 pekan mengalami penurunan, yakni sebesar 330.000 dari 310.000 sampai dengan tanggal 11 September 2021. Kemudian akan rilis juga data penjualan ritel AS selama bulan Agustus yang diproyeksikan akan tumbuh melambat menjadi 13% dari sebelumnya 15,8%. Ia menilai apabila rilisnya sesuai proyeksi dari data US tersebut maka ada potensi pelemahan indeks bursa AS yang bisa saja berpengaruh terhadap pergerkan bursa regional terutama Indonesia. "IHSG diperkirakan akan bergerak konsolidasi pada
range pergerakan yang sempit dengan kecenderungan melemah pada
range level
support 6.087 dan level
resistance 6.130," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/9). Analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan menyebutkan dengan tertahannya penguatan IHSG pada
resistance level 6.130 di perdagangan Kamis (16/9), pelaku pasar perlu untuk mewaspadai potensi
minor reversal pada perdagangan Jumat (17/9). "IHSG diperkirakan masih akan bergerak dalam rentang 6.075-6.130 dengan kecenderungan koreksi di akhir pekan ini (17/9)," sebutnya.
Baca Juga: Nyaris stagnan, IHSG ditutup pada level 6.109 pada akhir perdagangan Kamis (16/9) Menurutnya, pelaku pasar cenderung menahan diri jelang pengumuman hasil pertemuan the Fed pada 21 dan 22 September 2021 waktu setempat. Sebelum pertemuan tersebut, pelaku pasar mengantisipasi data penjualan eceran dan
initial jobless claims, serta indeks kepercayaan konsumen di AS. Meski umumnya diikuti peningkatan volatilitas nilai tukar rupiah, kali ini rupiah cenderung stabil di kisaran Rp 14.250 per dolar AS jelang pertemuan tersebut. Salah satu faktor yang menopang Rupiah adalah surplus Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) yang mencapai US$ 4,78 miliar di Agustus 2021. Dengan demikian, saham-saham CPO, terutama AALI dan LSIP dapat kembali diperhatikan. Saham lain yang dapat diperhatikan pada perdagangan Jumat (17/9), meliputi TBIG, RALS, BBTN, KIOS dan INCO. Sementara Hendri merekomendasikan
trader jangka pendek bisa melakukan spekulatif
buy jangka pendek seperti saham AGRO, LPPF, TPIA, BRIS, dan CENT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi