JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir di tengah sebagian besar pasar regional memerah, Senin (19/12). Mengacu data RTI, indeks ditutup terkoreksi 0,76% atau 39,740 poin ke level 5.191,912. Tercatat 217 saham membebani laju indeks di mana hanya 97 saham bergerak naik, dan 100 saham stagnan. Volume perdagangan awal pekan ini 10,59 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,71 triliun. Delapan dari 10 indeks sektoral seret IHSG ke zona merah. Sektor barang konsumsi paling dalam penurunannya 1,63% dan diikuti industri dasar 1,60%.
Sementara, hanya dua sektor yang menghijau yaitu aneka industri naik 0,51%, dan keuangan 0,00%. Aksi jual investor asing turut menekan IHSG. Di pasar reguler, net sell asing Rp 289,200 miliar dan Rp 422,347 miliar keseluruhan perdagangan. Saham-saham yang masuk top losers LQ45 antara lain; PT Vale Indonesia Tbk (INCO) turun 5,56% ke Rp 3.060, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turun 4,58% ke Rp 1.460, dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) turun 4,43% ke Rp 15.i650. Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain; PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) naik 3,10% ke Rp 14.950, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 2,11% ke Rp 1.695, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 1,40% ke Rp 5.425. Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, pergerakan IHSG pasca-mendapat sentimen dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) cenderung mengalami pelemahan lanjutan, sebagian pelaku pasar menjadikan momentum itu untuk kembali melepas posisi. "Aksi pelaku pasar itu juga dipengaruhi oleh bursa saham di kawasan Asia yang cenderung melemah," katanya dikutip dari Antara. Menurutnya, kombinasi antara aksi ambil untung dan keputusan The Fed menahan laju IHSG untuk bergerak di area positif. Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere menambahkan bahwa sejauh ini faktor global cukup mempengaruhi pergerakan IHSG kendati relatif terbatas. Hari ini, sebagian besar pasar saham regional memerah seiring dengan pasar saham Filipinan mengikuti penurunan pasar China. Sedangkan, indeks saham Australian dan Selandia Baru berakhir menguat.