IHSG ditutup terkoreksi 0,16% dipicu aksi jual



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut memerah di tengah jatuhnya pasar global dipicu aksi jual, Rabu (22/3). Mengacu data RTI, indeks ditutup terkoreksi 0,16% atau 9,000 poin ke level 5.534,093.

Volume perdagangan hari ini 15,98 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 8,95 triliun. Tercatat 201 saham bergerak turun, 130 saham bergerak naik, dan 97 saham stagnan.

Enam dari 10 indeks sektoral menyeret IHSG ke zona merah. Sektor barang konsumsi paling dalam penurunannya 0,96%. Sementara, sektor perdagangan memimpin penguatan 0,47%.


Saham-saham top losers LQ45 antara lain; PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) turun 2,45% ke Rp 42.850, PT XL Axiata Tbk (EXCL) turun 2,15% ke Rp 3.180, dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turun 1,97% ke Rp 1.490.

Saham-saham top gainers LQ45 antara lain; PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) naik 4,76% ke Rp 308, PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) naik 3,85% ke Rp 2.700, dan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) naik 3,29% ke Rp 16.500.

Perdagangan hari ini, asing masih mencatatkan aksi belinya. Di pasar reguler, net buy asing Rp 295,661 miliar dan Rp 137,202 miliar keseluruhan market.

"Bursa saham eksternal yang terkoreksi menghambat laju bagi IHSG," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere dikutip dari Antara.

Nico Omer menambahkan, sebagian investor khawatir atas rencana Presiden AS Donald Trump yang dinilai belum ada kejelasan mengenai proposal reformasi pajak dan kebijakan-kebijakan lainnya.

Kendati demikian, lanjut dia, optimisme pasar dari perekonomian Indonesia dan harapan adanya perbaikan peringkat utang Indonesia dari Standard & Poor's (S&P) serta laporan laba perusahaan yang bagus dapat menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG selanjutnya.

"Ekonomi Indonesia yang kuat membuka harapan besar untuk dapat memperbaiki peringkat utang RI oleh lembaga pemeringkat internasional itu untuk menjadi layak investasi," katanya.

Asal tahu saja, bursa saham global memerah setelah indeks S & P 500 jatuh paling dalam sejak terpilihnya Donald Trump. Dipicu karena ketidakpastian kebijakan Trump sebagaimana ia janjikan. Di sisi lain, investor memburu safe haven yang mendongkrak nilai tukar yen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto