MOMSMONEY.ID - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal bertahan di zona hijau. Senin, 2 Desember 2024, IHSG ditutup turun 0,95% ke level 7.046,97. Sebanyak 370 saham yang turun menyeret IHSG. Sementara itu, 222 saham naik dan 199 saham bergeming. Founder Stocknow.id Hendra Wardana mencatat, IHSG gagal mempertahankan area support kuat di 7.118.
Saham-saham berkapitalisasi besar seperti BBRI (-1,88%), BBCA (-2,50%), BMRI (-2,44%), BBNI (-5,42%), dan ASII (-3,14%) menjadi pemberat utama, Minimnya sentimen positif di pasar menjadi penyebab utama tekanan ini. Sebagai kontras, sektor energi mencatatkan performa gemilang, dengan ADRO (+11,06%), PTRO (+10,90%), UNTR (+2,33%), PGAS (+3,29%), dan SRTG (+12,74%) mengalami penguatan signifikan, didukung oleh kenaikan harga komoditas global. Menurut Hendra, sentimen negatif di pasar tidak lepas dari beberapa faktor domestik. Rencana pemerintah untuk menaikkan PPN menjadi 12% memberikan tekanan psikologis yang besar, mengingat dampaknya terhadap konsumsi domestik, yang menjadi motor utama ekonomi Indonesia. "Pelaku pasar berharap pemerintah akan menunda kebijakan ini untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama di tengah perlambatan ekonomi yang terlihat dari data PMI manufaktur," kata dia dalam rilisnya. PMI Indonesia yang dirilis pada November mencatat kontraksi di level 49,6, menandai lima bulan berturut-turut sektor manufaktur berada dalam tekanan. Ditambah lagi, pelemahan nilai tukar rupiah sebesar 0,44% ke Rp15.906 per dolar AS turut menambah beban sentimen. Sebagai tambahan data makro ekonomi, inflasi tahunan (
year on year) Indonesia pada November 2024 sebesar 1,55%, melambat dari bulan sebelumnya. Angka ini juga mendekati batas bawah target pemerintah 1,5%-3,5%.
Sentimen global
Di sisi lain, faktor global membawa harapan. Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve diperkirakan akan mengumumkan kemungkinan penurunan suku bunga pada 18 Desember. "Jika ini terealisasi, biaya pendanaan global yang lebih rendah dapat memicu aliran dana asing kembali ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia," kata Hendra. Hal ini memberikan peluang bagi IHSG untuk rebound, terutama jika sentimen global dan kebijakan domestik bersinergi dengan baik.
Dalam sepekan ke depan, IHSG kemungkinan akan menguji support psikologis di level 7.000, dengan rebound bergantung pada perkembangan sentimen domestik dan global. "Stabilitas makroekonomi dalam negeri, terutama terkait kebijakan fiskal seperti penundaan PPN, akan menjadi kunci penting dalam mendorong kepercayaan investor dan mengembalikan IHSG ke jalur penguatan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia