KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan atawa IHSG hari ini (6/11) masih berpotensi menguat. Namun karena IHSG pada Kamis (5/11), IHSG menguat terlampau tajam, potensi penguatan IHSG bisa terhambat dan bisa memicu aksi profit taking. IHSG ditutup naik 3,04% ke level 5.260,33 pada Kamis. Lanjar Nafi Analis Reliance Sekuritas mengatakan, pergerakan IHSG hari ini (6/11) menguat secara signifikan mendekati target dari pennant pole chart pattern yang berada di kisaran 5.300. Indikator stochastic terkonsolidasi mendekati area overbought.
Baca Juga: Wall Street menguat di hari keempat, Dow Jones menguat lebih dari 6% sepekan Menurut Lanjar, indikator MACD bergerak positif secara histogram setelah cross over MACD line dan sinyal line. Sehingga pada perdagangan selanjutnya diperkirakan IHSG masih berpotensi menguat namun akan terbatas dibayangi aksi profit taking investor. Saham-saham yang masih dapat dicermati secara teknikal diantaranya TLKM, JPFA, BBNI, ADHI, HMSP, ICBP, JPFA, KLBF, MIKA, PTBA. IHSG ditutup naik 155,13 poin ke level 5.260,33 dengan saham-saham di sektor infrastruktur naik 4,61% dan keuangan naik 4,21%. Ketidakpastian pemilihan umum presiden AS mulai memudar menjadi triggernya. Data laporan keuangan emiten di sektor infrastruktur yang mengalami pertumbuhan laba bersih kuartal ke III secara tahunan menjadi angin segar investor. TLKM naik 7,36%, EXCL naik 6,30%, TBIG naik 4,91% dan JSMR meningkat 2,97%. Baca Juga:
Saham-saham ini paling banyak dilego asing saat IHSG menguat Kamis (5/11) Outlook yang positif dari perbankan di Indonesia dimana pemerintah optimisme omnibus law berdampak positif pada sektor bank serta optimis NPL perbankan tidak akan lebih dari 5%. Rentetan hal positif tersebut mampu menggeser stigma negatif dari indikasi resesi Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan PDB yang negatif selama dua kuartal berturut-turut. Data pertumbuhan PDB indonesia secara tahunan menjadi minus 3,49% berbanding minus 5,32% di bawah ekspektasi ekonomi sebesar minus 3,2%. Mayoritas indeks saham Asia menguat optimis mengiringi penguatan indeks berjangka AS yang naik didorong optimisme investor terhadap pemilihan umum presiden AS. Saham-saham di Asia naik ke level tertinggi sejak Februari 2018 dipimpin oleh perusahaan teknologi dan kesehatan. Ini karena investor mencari sektor defensif dan meninggalkan spekulasi pada paket stimulus ekonomi lanjutan. Setelah Partai Demokrat gagal menyapu bersih kongres dan Gedung Putih.
Baca Juga: Harga saham BHIT, PNBS, dan BBHI meroket akibat rencana aksi korporasi Bank of England meningkatkan program pembelian obligasi dengan 150 miliar poundsterling setara dengan US$ 195 miliar. Bank of England lebih besar dari perkiraan dalam putaran stimulus lain untuk membantu ekonomi melalui gelombang kedua pembatasan virus korona menjadi trigger positif. Minyak mentah West Texas Intermediate turun 1,8% menjadi US$ 38,47 per barel. Fokus selanjutnya investor masih akan menanti hasil akhir perhitungan pemilihan presiden AS dan hasil pidato the Fed sekaligus kebijakan suku bunga mengiringi data klaim pengangguran di AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana