IHSG hari ini bisa kembali menguat, saham berikut layak diakumulasi beli



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG hari ini diperkirakan melanjutkan penguatan. Setelah pada Senin 10 Agustus 2020, IHSG berhasil ditutup menguat 0,27% di level 5.157,83. 

Nafan Aji Analis Binaartha Sekuritas menjelaskan, pergerakan IHSG hari ini berdasarkan indikator MACD dan stochastic telah membentuk pola deadcross. Meskipun demikian, pergerakan IHSG hari ini bisa bertahan di atas garis MA 20 dan terlihat pola bullish harami candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi penguatan lanjutan dan berpotensi menuju ke resistance terdekat.

Baca Juga: Koreksi IHSG masih akan terjadi hari ini, sebaiknya cermati saham berikut


Menurut Nafan, pergerakan IHSG hari ini berdasarkan rasio fibonacci support dan resistance berada pada 5.097,14 - 5.233,17. 

Adapun sejumlah rekomendasi saham untuk hari ini yang dapat menjadi pertimbangan investor, antara lain sebagai berikut:

1. Bumi Serpong Damai (BSDE). Pergerakan harga BSDE masih bertahan di atas garis bawah dari bollinger dan terlihat pola bullish doji star candle yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli. Ia menyarankan akumulasi beli pada area level Rp 675 – Rp 685, dengan target harga secara bertahap di level Rp 710, Rp 750, Rp 915, Rp 1.080 dan Rp 1.245. Support ada di Rp 665 dan Rp 585.

2. Jasa Marga (JSMR). Pergerakan harga saham JSMR telah menguji garis MA 10 sehingga peluang terjadinya penguatan minimal menuju ke level resistance pertama masih terbuka lebar. Akumulasi beli pada area level Rp 3.950 – Rp 4.010, dengan target harga secara bertahap di level Rp 4.120, Rp 4.260 dan Rp 4.870. Support ada di Rp 3.950 dan Rp 3.660.

3. Lippo Karawaci (LPKR). Pergerakan harga saham LPKR telah menguji garis MA 10 sehingga peluang terjadinya penguatan minimal menuju ke level resistance pertama masih terbuka lebar. Akumulasi beli pada level Rp 137 – Rp 141, dengan target harga secara bertahap di Rp 146, Rp 168, Rp 190 dan Rp 212. Support ada di Rp 123.

Baca Juga: IHSG menguat 0,27% ke 5.147 di akhir perdagangan Senin (10/8), asing lepas saham TOWR

4. Matahari Departement Store (LPPF). Pergerakan harga LPPF masih bertahan di atas garis bawah dari bollinger dan terlihat pola bullish harami doji star candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli. Akumulasi beli pada area level Rp 1.220 – Rp 1.240, dengan target harga secara bertahap di level Rp 1.275, Rp 1.350, Rp 1.410, Rp 1.670, Rp 1.930 dan Rp 2.190. Support ada di Rp 1.150.

5. Perusahaan Gas Negara (PGAS). Pergerakan harga PGAS masih bertahan di atas garis tengah dari bollinger dan terlihat pola bullish doji star candle yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli. Akumulasi beli pada area level Rp 1.200 – Rp 1.210, dengan target harga secara bertahap di level Rp 1.260 dan Rp 1.360. Support ada di Rp 1.160.

6. Summarecon Agung (SMRA). Terlihat pola spinning top candle yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli pada pergerakan harga saham SMRA. Akumulasi beli pada area level Rp 515 – Rp 525 dengan target harga secara bertahap di level Rp 540, Rp 575, Rp 655, Rp 735 dan Rp 845. Support ada di Rp 515, Rp 496 dan Rp 476.

7. Wijaya Karya Bangunan Gedung (WEGE). Pergerakan harga WEGE masih bertahan di atas garis bawah dari bollinger dan terlihat pola bullish homing pigeon candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli. Akumulasi beli pada area level Rp 183 – Rp 186, dengan target harga secara bertahap di level Rp 196, Rp 210, Rp 240 dan Rp 270. Support ada di Rp 179, Rp 172 dan Rp 163.

Baca Juga: BEI luncurkan aplikasi simulasi trading untuk edukasi calon investor

8. Wijaya Karya Beton (WTON). Pergerakan harga saham WTON telah menguji garis MA 60 sehingga peluang terjadinya penguatan minimal menuju ke level resistance pertama masih terbuka lebar. Akumulasi beli pada area level Rp 266 – Rp 272, dengan target harga secara bertahap di level Rp 290, Rp 310, Rp 360 dan Rp 408. Support ada di Rp 260 dan Rp 250. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana