KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) longsor mengawali perdagangan bulan November, Rabu (1/11). Mengutip RTI pada sesi pertama, IHSG jatuh 1,12% atau 75,919 poin ke level 6.676,292. Tercatat 380 saham turun, 157 saham naik, dan 198 saham stagnan. Total volume perdagangan 14,98 miliar saham dengan nilai transaksi capai Rp 6,46 triliun. Seluruh 11 indeks sektoral memerah pada perdagangan pagi. Tiga sektor dengan penurunan terdalam yakni IDX-Health turun 4,01%, IDX-Energy 2,67%, dan IDX-Cyclic 2,48%.
Baca Juga: IHSG Terkoreksi 0,33% ke Level 6.730,20 pada Awal Perdagangan Rabu (1/11) Saham-saham top losers LQ45: - PT Indah Kiat Pulp & Papers Tbk (
INKP) turun 10,42% ke Rp 8.600 - PT Indika Energy Tbk (
INDY) turun 10,19% ke Rp 1.630 - PT XL Axiata Tbk (
EXCL) turun 7,49% ke Rp 2.100
Saham-saham top gainers LQ45: - PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) naik 4,01% ke Rp 3.630 - PT Astra International Tbk (
ASII) naik 1,73% ke Rp 5.875 - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (
GOTO) naik 1,67% ke Rp 61
Baca Juga: Bursa Asia Naik Menjelang Rilis Data Manufaktur dan Keputusan The Fed, Rabu (1/11) Asal tahu, S&P Global mencatat, Purchasing Manager's Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Oktober 2023 berada di level 51,5. Angka ini anjlok 0,8 poin jika dibandingkan dengan capaian September 2023 yang berada pada level 52,3. Hanya saja, indeks manufaktur tersebut masih ekspansi dan menunjukkan bahwa kondisi di sektor manufaktur membaik selama 26 bulan berturut-turut, meski dengan laju paling lambat sejak Mei 2023. Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence Jingyi Pan mengatakan, turunnya indeks manufaktur pada periode laporan dikarenakan adanya perlambatan pertumbuhan produksi pada Oktober 2023.
Baca Juga: Inflasi Oktober 2023 Sentuh 0,17% MoM, Melambat dari Bulan Sebelumnya Hal ini berkaitan dengan perlambatan pertumbuhan penjualan pada Oktober 2023. Dalam laporannya, beberapa industri manufaktur mengalami pelemahan permintaan sejak Oktober 2023. Ditambah lagi, permintaan asing khususnya permintaan baru juga mengalami penurunan pada periode tersebut. "Tanda-tanda perlambatan lebih lanjut pada momen pertumbuhan telah terlihat, termasuk perlambatan kedua secara secara berturut-turut pada pertumbuhan permintaan baru dan kontraksi baru pada permintaan ekspor baru," ujar Jingyi Pan dalam keterangan resminya, Rabu (1/11). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto