IHSG kebal dengan sentimen The Fed



JAKARTA. The Fed resmi menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point menjadi sekitar 1,25%. Pada saat yang bersamaan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,29% ke level 5.773,28 pada perdagangan Kamis (15/6) .

Transaksi masih didominasi investor domestik, yang melakukan pembelian Rp 3,38 triliun dan penjualan Rp 3,09 triliun. Sedangkan investor asing mencatat net sell Rp 85,14 miliar di pasar reguler, dan Rp 293,56 miliar di pasar keseluruhan.

"Tapi, penurunan itu tidak mencerminkan tekanan yang berasal dari The Fed, sehingga indeks ke depan masih menarik," ujar Analis OSO Sekuritas Rsika Afriani kepada KONTAN.


Menurutnya, saat ini pasar lebih memperhatikan fundamental Indonesia yang sudah jauh lebih baik. Sehingga, sentimen ini mampu menetralisir tekanan yang berasal dari sentimen the Fed.

Kondisi berbeda terjadi beberapa periode sebelumnya saat makro Indonesia masih terkonsloidasi. Sebelum periode 2017, kurs rupiah sempat tertekan menjauhi level Rp 13.200 lantaran kondisi ekonomi yang kurang stabil. Akibatnya, indeks tertekan dalam ketika sentimen The Fed muncul.

Penurunan yang terjadi pada perdagangan kemarin lebih karena aksi profit taking sejumlah saham big cap seperti saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang sebelumnya sudah naik tinggi. Keduanya menjadi laggard indeks dengan penurunan masing-masing 2,7% ke level Rp 8.900 per saham dan 1,2% ke level Rp 14.675 per saham.

Pelemahan juga didorong oleh turunnya sejumlah saham indeks LQ45. Saham LQ45 yang paling menderita penurunan antara lain PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang terkoreksi 3,81% menjadi Rp 3.280.

Ada juga saham PT Chaoren Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) turun 3,06% menjadi Rp 3.170, dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) sebesar 3% menjadi Rp 1.615 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto