IHSG kembali menguat, simak prediksi analis untuk perdagangan besok



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks harga saham gabungan (IHSG) nyaman berada di zona hijau sepanjang hari ini. IHSG melanjutkan penguatan sebesar 19,07 poin atau 0,29% ke level 6.501,78, Kamis (21/3).

Analis Indo Premier Sekuritas Mino berpendapat, sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG hari ini, di antaranya dipertahankannya suku bunga acuan oleh The Fed dan Bank Indonesia. "Serta berlanjutnya penguatan rupiah dan beberapa komoditas," kata Mino kepada Kontan.co.id, Kamis (21/3).

Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan juga menilai, penguatan nilai tukar rupiah yang cukup signifikan ke kisaran Rp 14.100 per dollar AS seiring dengan hasil FOMC The Fed menjadi pendorong penguatan IHSG hari ini.


"The Fed mempertahankan suku bunga acuannya. Di sisi lain, concern terhadap kondisi makro ekonomi AS, terutama laju pertumbuhan ekonomi mendasari pandangan yang lebih dovish The Fed. Berdasarkan hal tersebut, ekonomi mulai memperkirakan tidak ada kenaikan the fed rate di tahun ini. Sore ini, RDG BI mengambil langkah serupa dengan mempertahankan suku bunga acuan di 6%," jelas Valdy kepada Kontan.co.id, Kamis (21/3).

Valdy memprediksi, pada Jumat (22/3), akan ada potensi profit taking pada sejumlah saham yang sensitif terhadap isu suku bunga, terutama bank dan properti.

"Mengingat IHSG ditutup tepat di level psikologis 6.500, sementara investor asing mencatatkan net sell, meskipun nilainya tidak signifikan," imbuhnya.

Valdy mematok IHSG dengan support di level 6.440 dan resistance di 6.550 pada perdagangan Jumat (22/3).

"Dengan adanya clue mengenai kebijakan suku bunga The Fed, fokus selanjutnya adalah perkembangan perundingan dagang antara AS dengan China," kata Valdy.

Berbeda dengan Valdy, Mino memprediksi IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatan dengan support di level 6.465 dan resistance di level 6.535 pada Jumat (22/3).

Menurut Mino sentimen yang akan memengaruhi IHSG besok, di antaranya adanya sinyal dari The Fed yang tidak akan menaikan suku bunga acuan pada tahun ini, tren penguatan rupiah, harga komoditas dan kinerja emiten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi