KONTAN.CO.ID - Jakarta - Sentimen dalam negeri dan global mempengaruhi pergerakan pada modal Tanah Air yang terlihat dari pergerakan saham-saham dalam indeks acuan di Bursa Efek Indonesia (BEI), termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ45 dan Indeks MSCI Indonesia. Mengutip data pasar, secara
year to date (YTD) atau tahun berjalan hingga perdagangan sesi I, Rabu 26 Juni ini, IHSG di posisi 6.918 atau turun 5,48%, Indeks LQ45 di posisi 866,88 atau turun 11,46%, dan MSCI Indonesia di 6.764 atau turun 10,48%. Sebagai informasi, Indeks LQ45 adalah kumpulan indeks berisi 45 saham unggulan dan paling likuid di BEI, sedangkan MSCI Indonesia ialah indeks yang berisi 22 saham dengan kapitalisasi besar dan menengah, serta memiliki bobot 85% pasar saham Indonesia.
Berdasarkan data BEI, saham-saham big cap (berkapitalisasi besar) yang turun sejak awal tahun hingga saat ini di antaranya Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 24%, Bank Negara Indonesia (BBNI) turun 17%, dan Telkom Indonesia (TLKM) menurun 24,30%. Lainnya yakni Astra International (ASII) turun 22%, GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) turun 40,70%, dan Barito Pacific (BRPT) turun 26,69%. Seluruh saham-saham likuid ini masuk dalam daftar 45 saham dalam LQ45 dengan bobot berbeda.
Menurut founder Stocknow.id Hendra Wardana yang mengamati pergerakan saham
big cap di akhir semester I-2024 ini memang mengalami variasi yang signifikan. Respons beragam pelaku pasar terhadap masing-masing sektor berkontribusi pada penguatan harga
big cap yang belum konsisten, sehingga penguatan yang terjadi pada pekan lalu belum mengonfirmasi tren
bullish yang berkelanjutan. "Sangat penting bagi para investor untuk tetap waspada dan mempertimbangkan dengan hati-hati semua faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan saham-saham big caps," kata Hendra di Jakarta.
Deretan Saham Big Cap yang Turun di 2024 2 Jan-26 Jun (sesi 1)
Kode | Emiten | % |
IHSG | Indeks Harga Saham Gabungan | -5,48 |
LQ45 | Indeks LQ45 | -11,46 |
MSCI Ind | MSCI Indonesia | -10,48 |
BBRI | Bank Rakyat Indonesia | -23,67 |
BMRI | Bank Mandiri | -2,48 |
BBNI | Bank Negara Indonesia | -16,84 |
TLKM | Telkom Indonesia | -24,30 |
ASII | Astra International | -21,95 |
GOTO | GoTo Gojek Tokopedia | -40,70 |
BRPT | Barito Pacific | -26,69 |
Sumber: IDX Lebih lanjut,
Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi juga menilai inkonsistensi dari
rebound sejumlah saham
big cap ikut disebabkan oleh spekulasi pelaku pasar. Audi melihat para investor masih cenderung menahan diri dalam momentum transisi menuju semester II-2024. Sementara itu, Research Analyst Semesta Indovest Sekuritas Nicholas Dharmawan menilai, tren global membuat IHSG sulit tembus level 7.000. Dia mengatakan Indeks LQ45 dan indeks unggulan lain pun terkoreksi. Beberapa faktor pemicu di antaranya Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6,25%.
Kenaikan suku bunga dapat memicu investor beralih ke instrumen investasi lain seperti obligasi, dibandingkan saham. Rupiah juga semakin melemah, sementara imbal hasil SBN juga menguat. Nicholas mengatakan tren suku bunga yang masih tinggi memang membuat instrumen yang lebih konservatif diminati sehingga saham termasuk sektor teknologi yang cenderung membutuhkan horison investasi lebih panjang sehingga mengalami
rebalancing. “Namun ketika mulai terlihat adanya tren pembalikan suku bunga, saham teknologi juga akan mendapatkan katalis positif," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini