IHSG lanjutan penguatan pasca rilis data BPS



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lanjutkan penguatannya pasca rilis data Badan Pusat Statistik (BPS), Selasa (1/3). Mengacu data RTI menunjukkan, indeks berakhir naik 0,19% atau 9,029 poin ke level 4.779,98 pukul 16.14 WIB.

Tercatat 146 saham bergerak naik, 126 saham bergerak turun dan 97 saham stagnan. Perdagangan di awal Maret ini melibatkan 3,8 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 4,66 triliun.

Delapan indeks sektoral menghijau, menopang laju IHSG. Di antaranya, aneka industri naik 2,48%, pertambangan naik 1,72%, dan manufaktur naik 1,07%.


Sementara, dua sektor yang memerah antara lain keuangan turun 1,45% dan perdagangan turun 0,91%.

Kembali, aksi beli asing menopang laju perdagangan IHSG hari ini. Di pasar reguler, net buy asing sebesar Rp 209,101 miliar dan net buy asing di seluruh perdagangan Rp 226,972 miliar.

Saham-saham top gainers LQ45 antara lain; PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 10,74% ke Rp 670, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) naik 8,305 ke Rp 261, dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) naik 5,52% ke Rp 363.

Saham-saham top losers LQ45 antara lain; PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) turun 4,47% ke Rp 17.650, PT Hanson International Tbk (MYRX) turun 4,09% ke Rp 820, dan PT Bank Tabungan Negara (BBTN) turun 3,61% ke Rp 1.600.

Hari ini, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan harga bahan makanan yang relatif terkendali menjadi penyebab terjadinya deflasi pada Februari 2016 sebesar 0,09 %.

Dengan demikian, inflasi tahun kalender Januari-Februari 2016 telah tercatat 0,42 % dan inflasi tahunan (year on year) mencapai 4,42 %. Sementara, inflasi komponen inti pada Februari tercatat 0,31 % dan inflasi inti tahunan (year on year) 3,59 %.

Di sisi lain, bursa saham Asia menguat dengan rebound saham Jepang dan China. Indeks MSCI Asia Pacific naik 0,8% ke 120,10 pukul 5.26 waktu Tokyo. Pasca turun 0,1% di hari sebelumnya. 

Indeks Topix Jepang naik 0,2%, dipicu imbal hasil negatif obligasi domestik dan lonjakan di akhir perdagangan saham China. Sentimen positif lainnya datang dari harga minyak yang naik, memacu pasar Australia. Sementara, pasar India terbang ke level tertinggi sejak 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto