KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) loyo di paruh pertama 2023. IHSG tercatat melemah 2,76% dari awal tahun hingga semester I 2023. Hal itu membuat beberapa saham emiten memiliki valuasi yang masih murah. Sebagai catatan, IHSG ditutup di posisi 6.661,87 pada akhir semester I 2023. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, pelemahan IHSG di semester I 2023 disebabkan ketidakpastian global, penurunan harga energi dan komoditas, dan ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed.
“Sentimen-sentimen tersebut masih akan menekan IHSG di semester II 2023,” ujarnya kepada Kontan, Senin (3/7).
Baca Juga: Didorong Diversifikasi, Intip Rekomendasi MTEL dari BRI Danareksa Sekuritas Dalam sebulan terakhir, sektor yang mengalami kinerja paling negatif berdasarkan data bulanan per Juni 27 adalah saham sektor energi dan barang baku. Hal itu disebabkan harga komoditas, baik energi atau non-energi, yang masih tertekan atau dalam tren penurunan. “Emiten energi dan barang baku pun jadi mendapatkan dampak negatif, di mana pergerakan harga saham mereka bergantung terhadap fluktuasi underlying komoditas diperdagangkan,” kata Arjun. Berdasarkan hasil riset Kontan, beberapa emiten dari berbagai sektor masih memiliki price earning ratio (PER) yang masih murah alias masih di bawah 10. Dari sektor energi, ada INDY yang memiliki PER 1,5, ADRO dengan PER 1,87, ITMG dengan PER 1,58, dan UNTR dengan PER 3,85. Dari sektor konsumer, ada INDF dengan PER 8,17. Dari sektor perbankan, ada BBNI dengan PER 8,74 dan BBTN dengan PER 4,96. Menurut Arjun, sektor perbankan akan menjadi salah satu sektor dengan kinerja baik. Dengan kinerja baik dan valuasi PER yang masih rendah pada beberapa emiten perbankan, investor bisa masuk untuk membeli saham emiten perbankan. Secara fundamental, Arjun melihat, sektor perbankan masih memiliki kinerja bisnis yang kuat di tahun 2023, terutama untuk saham emiten bank 4 besar. “Secara teknikal juga masih terdapat ruang untuk harga saham meningkat. Hal yang sama juga ada di sektor telekomunikasi,” ujarnya. Di sisi lain, sektor energi dan bahan baku masih kurang prospektif, karena harga komoditas yang masih tertekan hingga akhir tahun 2023.
Arjun pun merekomendasikan
buy saham BBRI dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp 5.600 dan Rp 4.200 per saham. Dengan target harga tersebut, potential upside dari BBRI adalah 0,02% dan TLKM sebesar 0,05%.
Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan IHSG untuk Selasa (4/7) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat