IHSG masih berpotensi melemah pada Selasa (18/5)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,76% atau 104,49 poin ke 5.833,86 pada Senin (17/5). IHSG anjlok setelah libur tiga hari perdagangan pekan lalu.

Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Dustin Dana Pramitha menuturkan, pelemahan yang terjadi hari ini sebagai bentuk respons dari meningkatnya inflasi AS bulan April yang melebihi konsensus para analis. Walaupun data penurunan pengangguran tidak sebanyak yang diperkirakan, tetapi masih menunjukkan grafik yang menurun.

Hal tersebut semakin menekan target The Fed untuk menahan suku bunga hingga 2023. Di sisi lain yaitu Covid-19 yang kembali mengganas di Malaysia dan memaksa negara tersebut untuk kembali memberlakukan lockdown.


Hal ini menambah kekhawatiran investor akan kegiatan ekonomi Indonesia yang terancam kembali kepada kondisi pembatasan sosial yang lebih ketat. "Begitu juga beberapa negara Asia yang mencatatkan lonjakan kasus Covid-19 yang baru," ujar Dustin kepada kontan.co.id, Senin (17/5).

Baca Juga: IHSG merosot 1,76% pada Senin (17/5), net buy asing Rp 52 miliar

Untuk besok, Dustin menilai IHSG berpeluang bergerak bervariasi dengan kecenderungan kembali melemah. Hal itu disebabkan investor yang masih menanti pernyataan bank sentral AS yang menyikapi tingkat inflasi yang tinggi dan data pengangguran yang kembali turun.

Di samping itu, data produksi industri China bulan April yang dirilis lebih rendah dari bulan sebelumnya akibat gangguan rantai pasok global dan mahalnya harga berbagai komoditas bahan mentah yang menekan produksi. Alhasil, outlook permintaan komoditas unggulan Indonesia berpeluang tertahan.

Baca Juga: Kurs rupiah Jisdor tertekan 0,57% ke Rp 14.284 per dolar pada Senin (17/5)

Kemudian, kondisi kasus Covid-19 di kawasan Asia yang melonjak juga menjadi sentimen pemberat pergerakan indeks besok. Karenanya, Phillip Sekuritas memproyeksikan support dan resistance IHSG besok di level 5.729-6.011.

Hanya saja, Dustin bilang pidato The Fed hari Kamis masih akan menjadi sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan indeks di tengah minim sentimen positif dari dalam negeri. Untuk sentimen positif, pihaknya menilai akan bergantung kepada masing-masing emiten seperti aksi korporasi yang dapat menggambarkan kondisi yang lebih baik bagi bisnis emiten ke depan.

Baca Juga: IHSG dibayangi tekanan kasus corona usai Lebaran

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati