KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) masih menghadapi potensi tekanan pada bulan September. Berdasarkan data RTI IHSG turun 0,18% ke 6.328,47 sebulan terakhir. Dalam dua bulan terakhir, IHSG tergerus 0,47%. Banyak yang mengatakan bahwa September adalah bulan
bottom IHSG. Namun menurut
Head of Research Invofesta Utama Wawan Hendrayanan secara statistik selama 10 tahun
bottom IHSG bukan berada di bulan September melainkan di bulan Agustus lalu. “
Driver terkuatnya di Agustus kemarin itu kan perang dagang ya. Jadi menurut saya sepanjang perang dagang tidak memanas lagi potensi untuk koreksi dalam sebenarnya sudah tidak ada," kata Wawan, Minggu (1/9).
Baca Juga: IHSG berpeluang tertekan di bulan September, cermati saham-saham berikut Dia menambahkan bahwa sisi fundamental domestik membaik. Suku bunga turun dua kali dalam dua bulan terakhir. Pertumbuhan ekonomi masih melambat tapi masih akan dilihat lagi seperti apa di kuartal ketiga. "Tapi menurut saya sih seharusnya di September tidak menjadi
bottom ya. Sudah akan menuju akhir tahun sudah akan mulai menguat," kata Wawan. Wawan melihat pada bulan September ini, IHSG memiliki peluang untuk menguat. Stabilitas ekonomi nasional menjadi mesin pendorong indeks di tengah sentimen global yang tidak stabil. Sedikit berbeda dengan Wawan, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai pada bulan September ini pergerakan IHSG masih akan cenderung bergerak fluktuatif ke arah koreksi. Hans menuturkan pada bulan September pasar harus bersiap akan beberapa data dan sentimen yang diprediksikan akan berdampak pada pergerakan IHSG. “Masalah tarif perang dagang di 1 September dan setelah itu perundingan China dan AS, inversi kurva
yield obligasi AS dua tahun dan 10 tahun masih mempengaruhi pasar," kata Hans.
Baca Juga: Empat saham perbankan turun di Agustus 2019, simak rekomendasi analis Selain itu, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson akan membekukan parlemen mulai tanggal 10 September - 14 Oktober, tiga minggu dari jadwal Inggris keluar dari kesatuan Uni Eropa tanggal 31 Oktober mendatang. "Inggris mungkin keluar Uni Eropa tanpa ada kesepakatan. Hal ini akan memberikan pukulan ekonomi Eropa," tutur Hans, Jumat (30/8). Hans memproyeksikan dengan beberapa sentimen tersebut, IHSG akan bergerak di level
support 6.240 sementara
resistance di level 6.404. Sementara Wawan memproyeksikan IHSG akan bergerak menguat di level 6.250-6.400. Wawan bahkan melihat ada potensi IHSG akan sampai di level 6.500 pada bulan ini. Dengan optimisme stabilitas ekonomi domestik, terdapat beberapa sektor yang menurut Wawan dapat menjadi pilihan investor untuk diakumulasikan selama 30 hari kedepan. Diantaranya terdapat sektor keuangan, properti dan infrastruktur. Ketiga sektor ini hingga saat ini memiliki kinerja yang masih lebih baik ketimbang kinerja IHSG sehingga layak untuk dipertimbangkan untuk diakumulasikan di luar sentimen-sentimen yang semakin menambah daya tarik sektor-sektor ini.
Baca Juga: Harga saham Astra International (ASII) turun 5,65% pada Agustus, ini kata analis Pada sektor perbankan, Wawan melihat saham-saham bank besar seperti
BBCA jika terkoreksi menarik untuk diakumulasikan. Selain
BBCA,
BMRI dan
BBRI juga layak menjadi koleksi investor. Di sektor infrastruktur Wawan masih merekomendasikan saham
TLKM untuk dikoleksi oleh investor.
Walaupun kinerja IHSG berpotensi menguat, aksi jual oleh asing masih harus dihadapi pada bulan ini. Belum adanya sentimen positif di AS yang mendorong aksi beli pada IHSG masih menjadi sentimen yang membuat potensi jual asing masih lebih mendominasi. Transaksi beli asing diprediksikan baru akan masuk kembali pada bulan-bulan di pengujung tahun yaitu pada bulan November dan Desember.
Baca Juga: Enam saham ini menahan IHSG selama Agustus 2019 Menurut Wawan meskipun pada beberapa waktu ke belakang transaksi dana asing didominasi aksi jual, hal ini menjadi pertanda yang positif pasalnya porsi kepemilikan saat ini lebih besar dimiliki oleh investor domestik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati