JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh level tertinggi di 5.499,76 pada perdagangan Selasa (3/3). IHSG kemudian mengalami koreksi dan ditutup turun 0,06% di level 5.474,62. Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 289,3 miliar. Sepanjang tahun ini net buy asing telah mencapai Rp 11,74 triliun. Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo mengatakan, IHSG masih dalam tren naik meski terjadi koreksi wajar. Dalam jangka pendek, resistance IHSG berada di kisaran 5.450 - 5.500. "Hari ini menguji resistance itu namun masih gagal," ujar Satrio. Satrio bilang, jika resistance 5.500 ditembus masih ada resistance selanjutnya di 5.600. "Itu untuk jangka menengah. Jika resistance tersebut ditembus baru relatif tidak ada resistance. Baru kita confirm ke 5.800," lanjutnya. Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities mengatakan, IHSG sudah naik 4,74% secara year to date. Namun di sisi lain mata uang rupiah terus melemah hingga 5%. Pelemahan rupiah ini lebih buruk dibanding mata uang negara lain di kawasan ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Thailand, dan Australia. Padahal rupiah seharusnya baru melemah di bulan Juni, ketika Bank Central Amerika menaikkan tingkat suku bunga. "Jadi kalau dilihat IHSG sebenarnya tidak kemana-mana," kata Edwin. Menurut Satrio, pada perdagangan Selasa (3/3), IHSG mendapat sinyal yang kurang bagus. Hal ini terlihat dari beberapa saham yang ditutup melemah, terutama saham-saham pemain lokal seperti saham konstruksi. "Pemodal lokal sudah mulai profit taking meski asing masih akumulasi," imbuh Satrio. Untuk jangka pendek, investor lokal memang khawatir dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Namun, sebenarnya nilai tukar rupiah bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Pasalnya, pelemahan nilai mata uang telah menjadi fenomena global. "Justru kita harusnya khawatir jika Bank Indonesia (BI) mempertahankan rupiah tetap kuat karena melawan arus," papar Satrio. Edwin menilai kenaikan IHSG sepanjang tahun ini lantaran likuiditas rupiah yang membanjir. Selain itu, Edwin menduga pemotongan tingkat suku bunga turut mengangkat pergerakan IHSG. Ditambah pakgi, sektor industri riil belum berjalan dengan semestinya sehingga banyak investor yang beralih ke saham. Satrio menilai total net buy asing secara ytd cukup besar, mengingat tahun 2014 total net buy asing sebesar Rp 42,6 triliun. Namun, Edwin menyarankan agar tidak terkecoh dengan nilai net buy asing yang cukup besar. Soalnya, nilai net buy asing tidak tercermin dalam rupiah. "Hal ini bisa karena investor lokal namun menggunakan broker asing," imbuhnya. Hingga akhir Maret nanti, Satrio memperkirakan IHSG akan bergerak diantara 5.450 - 5.600. Kemudian mulai semester II-2015 hingga akhir tahun, IHSG diprediksi mulai bergerak pada kisaran 6.100 - 6.350. Edwin memperkirakan level support IHSG akan berada di 5.550 pada akhir Maret. Di akhir tahun nanti, IHSG diprediksi mencapai level 5.878. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
IHSG masih dalam tren naik
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh level tertinggi di 5.499,76 pada perdagangan Selasa (3/3). IHSG kemudian mengalami koreksi dan ditutup turun 0,06% di level 5.474,62. Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 289,3 miliar. Sepanjang tahun ini net buy asing telah mencapai Rp 11,74 triliun. Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo mengatakan, IHSG masih dalam tren naik meski terjadi koreksi wajar. Dalam jangka pendek, resistance IHSG berada di kisaran 5.450 - 5.500. "Hari ini menguji resistance itu namun masih gagal," ujar Satrio. Satrio bilang, jika resistance 5.500 ditembus masih ada resistance selanjutnya di 5.600. "Itu untuk jangka menengah. Jika resistance tersebut ditembus baru relatif tidak ada resistance. Baru kita confirm ke 5.800," lanjutnya. Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securities mengatakan, IHSG sudah naik 4,74% secara year to date. Namun di sisi lain mata uang rupiah terus melemah hingga 5%. Pelemahan rupiah ini lebih buruk dibanding mata uang negara lain di kawasan ASEAN seperti Filipina, Vietnam, Thailand, dan Australia. Padahal rupiah seharusnya baru melemah di bulan Juni, ketika Bank Central Amerika menaikkan tingkat suku bunga. "Jadi kalau dilihat IHSG sebenarnya tidak kemana-mana," kata Edwin. Menurut Satrio, pada perdagangan Selasa (3/3), IHSG mendapat sinyal yang kurang bagus. Hal ini terlihat dari beberapa saham yang ditutup melemah, terutama saham-saham pemain lokal seperti saham konstruksi. "Pemodal lokal sudah mulai profit taking meski asing masih akumulasi," imbuh Satrio. Untuk jangka pendek, investor lokal memang khawatir dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Namun, sebenarnya nilai tukar rupiah bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Pasalnya, pelemahan nilai mata uang telah menjadi fenomena global. "Justru kita harusnya khawatir jika Bank Indonesia (BI) mempertahankan rupiah tetap kuat karena melawan arus," papar Satrio. Edwin menilai kenaikan IHSG sepanjang tahun ini lantaran likuiditas rupiah yang membanjir. Selain itu, Edwin menduga pemotongan tingkat suku bunga turut mengangkat pergerakan IHSG. Ditambah pakgi, sektor industri riil belum berjalan dengan semestinya sehingga banyak investor yang beralih ke saham. Satrio menilai total net buy asing secara ytd cukup besar, mengingat tahun 2014 total net buy asing sebesar Rp 42,6 triliun. Namun, Edwin menyarankan agar tidak terkecoh dengan nilai net buy asing yang cukup besar. Soalnya, nilai net buy asing tidak tercermin dalam rupiah. "Hal ini bisa karena investor lokal namun menggunakan broker asing," imbuhnya. Hingga akhir Maret nanti, Satrio memperkirakan IHSG akan bergerak diantara 5.450 - 5.600. Kemudian mulai semester II-2015 hingga akhir tahun, IHSG diprediksi mulai bergerak pada kisaran 6.100 - 6.350. Edwin memperkirakan level support IHSG akan berada di 5.550 pada akhir Maret. Di akhir tahun nanti, IHSG diprediksi mencapai level 5.878. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News