KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) ditutup melemah 40,62 poin atau 0,59% ke 6.859,91 pada akhir perdagangan Jumat (18/8). IHSG juga melemah 0,48% pekan lalu.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mencermati setelah pekan kemarin sempat melemah karena adanya tekanan dari global, pekan ini IHSG berpotensi untuk membalikkan keadaan, meskipun peluang tersebut masih terlihat kecil adanya. “Sentimen masih akan datang dari global, namun secara dampak terlihat tidak ada data ekonomi yang memberikan tekanan terlalu besar. Justru kesempatan itu akan datang dari pertemuan Bank Sentral Indonesia pekan ini, yang dimana kami melihat masih akan mempertahankan tingkat suku bunganya,” kata Nico kepada Kontan Minggu (20/8).
Meskipun rupiah melemah dan imbal hasil SUN mengalami kenaikan, namun kalau diperhatikan Bank Sentral Indonesia masih akan mencoba untuk mempertahankan tingkat suku bunganya, setidaknya hingga bulan September mendatang, dimana The Fed berpotensi menaikkan tingkat suku bunga 1 kali lagi.
Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Senin (21/8) Inflasi Eropa yang masih berada di kisaran 5%, juga menjadi suatu tanda, bahwa Bank Sentral Eropa masih akan menaikkan tingkat suku bunga di bulan September mendatang. Tidak hanya itu, tingkat suku bunga Bank Sentral China juga diproyeksi akan kembali dipangkas, mengingat pelemahan ekonomi China yang kian tidak terbendung. Yang menjadi penantian berikutnya adalah, konfrensi Powell di Jackson Hole yang akan memberikan gambaran, kemana arah The Fed selanjutnya. “Ini menjadi penting menatap pertemuan bank sentral The Fed bulan depan. Tekanan mungkin akan cukup besar pada bulan September, namun demikian diharapkan kita masih mampu menghadapi tekanan tersebut,” tambah Nico Menurut Nico sektor yang akan menarik pekan depan adalah
basic industry, energi, dan
healthcare. Sementara itu
Chief Executive Officer Edvisor.id Praska Putrayanto mengatakan pada Senin (21/8) IHSG diperkirakan bergerak melanjutkan pelemahan di kisaran 6821-6872 Sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG adalah kenaikan US Treasury 10 tahun karena ekspektasi peluang kenaikan kembali The Fed Rate juga membuat indeks dolar AS turut menguat sekaligus menekan harga komoditas global, khususnya logam dan minyak mentah. Selain itu, positifnya data tenaga kerja AS dan laju inflasi yg belum cukup mereda membuat The Fed punya opsi untuk kembali menaikkan suku bunga acuan di sisa tahun 2023. “Investor juga masih menunggu sikap bank sentral BI terhadap suku bunga acuan BI 7 Day RR yg akan dirilis pada Kamis minggu ini.” Praska menjelaskan Menurutnya, investor asing juga masih tercatat melakukan aksi jual di mana sepekan terakhir di pasar reguler, transaksi
net sell telah mencapai lebih dari Rp 1,91 triliun seiring dengan tren Rupiah juga kembali melemah terhadap dolar AS hingga di atas Rp 15.200 per USD.
Baca Juga: IHSG Menguat 36,90% Selama Kepemimpinan Jokowi, Cermati Prospeknya Hingga Akhir 2023 momentum rilis kinerja emiten per kuartal II 2023 serta pembagian dividen juga tampak sudah berakhir sehingga investor lebih memilih untuk
wait and see dan IHSG secara teknikal memiliki level
resistance kuat di 6.967. Sejumlah saham yg dapat dipertimbangkan, di antaranya seperti
PNBN (target harga 1.550),
ADRO (2.700),
MPMX (1.100), dan
DSNG (630).
Investor bisa melakukan
averaging down atau
buy on weakness pada saham-saham yang potensial, dan disarankan fokus pada emiten-emiten yang punya prospek pertumbuhan kinerja hingga 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi