IHSG masih mungkin terkoreksi hingga akhir tahun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih akan terkoreksi hingga akhir tahun nanti. Asal tahu saja, sejak awal tahun hingga perdagangan per Jumat (13/12), IHSG mencatatkan pertumbuhan  0,05%.

Adapun titik terendah IHSG tahun ini berada pada level 5.767,40. Sementara posisi IHSG paling tinggi berada pada level 6.636,33.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan, IHSG berada di level support dan resistance di 6.060 hingga 6.275. "Selama IHSG belum dapat menembus level 6.275, kami masih memperkirakan pergerakan IHSG akan cenderung terkoreksi," kata Herditya, Jumat (13/12). 

 Baca Juga: Perang dagang mereda, IHSG diproyeksi menguat

Window dressing masih akan menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG di sisa tahun ini. Menurut Herditya, melihat historis IHSG selama lima tahun terakhir, window dressing baru akan terjadi di pertengahan bulan Desember ini. 

Akan tetapi, para investor tetap perlu waspada terhadap pelemahan IHSG. Sebab, katalis dari domestik atau berita positif yang bisa mengangkat IHSG masih minim. Investor tetap disarankan untuk tetap selektif memilih saham. "Kami merekomedasikan saham-saham perbankan seperti BBRI dan BBNI. Selain itu, TLKM dan HMSP," katanya, Jumat (13/12). 

Baca Juga: Banyak saham baru mentok Rp 50 gara-gara otoritas kejar setoran

Tidak jauh berbeda, Analis Profindo Sekuritas Dimas Wahyu Putra Pratama memperkirakan IHSG akan ditutup di sekitar level 6.200. Adapun untuk sentimen global yang akan mempengaruhi IHSG di akhir tahun masih didominasi oleh negosiasi antara Amerika Serikat dan China. 

Sementara dari domestik, pasar masih menanti rilis laporan keuangan dari emiten. Menurut Dimas, window dressing sudah sudah selesai minggu ini. Sehingga, window dressing tidak bisa menjadi pendorong IHSG di sisa tahun. 

Untuk para investor, Dimas menyarankan agar kembali lagi ke perdagangan dengan saham-saham murah di berbagai sektor. "Fokus tahun 2020 adalah konsumer, infrastruktur,  konstruksi, dan properti,"  pungkas Dimas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati