KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi pada perdagangan akhir pekan lalu. Jumat (21/6), IHSG ditutup turun 0,32% ke 6.315,44. Meski begitu, asing masih melakukan aksi beli pada saham di Indonesia dengan nilai beli bersih sebesar Rp 366,55 miliar pada perdagangan akhir pekan lalu. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan, IHSG di awal pekan ini masih rawan terkoreksi. Eskalasi perang dagang masih menjadi sentimen utama bursa dan faktor pemberat IHSG. Dia memperkirakan, data neraca perdagangan dan ekspor impor berpeluang besar hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi pasar. Jika benar, akan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan tentunya ke bursa saham. Chris Apriliony, analis Jasa Utama Capital Sekuritas, justru memperkirakan IHSG dapat menguat pekan depan. "Sentimen yang mempengaruhi adalah data neraca dagang Mei 2019 yang akan diumumkan pada Senin ini diperkirakan surplus," kata dia, akhir pekan lalu. Hal ini akan mempengaruhi penguatan rupiah.
IHSG masih rawan terkoreksi di awal pekan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi pada perdagangan akhir pekan lalu. Jumat (21/6), IHSG ditutup turun 0,32% ke 6.315,44. Meski begitu, asing masih melakukan aksi beli pada saham di Indonesia dengan nilai beli bersih sebesar Rp 366,55 miliar pada perdagangan akhir pekan lalu. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan, IHSG di awal pekan ini masih rawan terkoreksi. Eskalasi perang dagang masih menjadi sentimen utama bursa dan faktor pemberat IHSG. Dia memperkirakan, data neraca perdagangan dan ekspor impor berpeluang besar hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi pasar. Jika benar, akan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dan tentunya ke bursa saham. Chris Apriliony, analis Jasa Utama Capital Sekuritas, justru memperkirakan IHSG dapat menguat pekan depan. "Sentimen yang mempengaruhi adalah data neraca dagang Mei 2019 yang akan diumumkan pada Senin ini diperkirakan surplus," kata dia, akhir pekan lalu. Hal ini akan mempengaruhi penguatan rupiah.