IHSG Melemah 0,60% Sepekan, Intip Prediksi Pekan Depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,61% atau 47,59 poin dan ditutup di level 7.696 pada perdagangan Jumat (27/9). Penurunan ini menyebabkan IHSG mengakumulasi pelemahan 0,60% dalam sepekan.

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang mengatakan bahwa di awal pekan depan, pasar akan menanti sejumlah rilis data sektor manufaktur untuk September 2024 di Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). Data manufaktur di Euro Area diperkirakan masih dalam zona kontraksi, dengan estimasi sebesar 44,8 pada September 2024.

“Secara teknikal, IHSG telah menembus batas bawah moving average (MA) 20 dan menunjukkan pelebaran negatif pada indikator MACD. Dengan demikian, kami memperkirakan IHSG akan menguji support di rentang 7.600 hingga 7.640 pada Senin (30/9),” kata Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang, Jumat (27/9).


Alrich merekomendasikan saham-saham menarik untuk diperhatikan pada Senin (30/9), termasuk JSMRABMMERAATKIMMAPA, dan MIDI.

Direktur PT Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, menjelaskan bahwa IHSG cenderung tertekan minggu ini akibat adanya net sell asing pada saham-saham big banks. “Kondisi pasar global menunjukkan penguatan, terutama indeks Nikkei dan Hang Seng yang menguat signifikan selama seminggu ini. Saya memperkirakan IHSG masih akan menguat terbatas pada hari Senin depan,” tuturnya.

Daniel merekomendasikan saham-saham yang menarik untuk diperhatikan pada Senin (30/9), yaitu HRUM (target Rp 1.600), BBTN (target Rp 1.550), INDY (target Rp 1.850), dan INCO (target Rp 4.250).

Baca Juga: IHSG Turun ke Bawah 7.700 Jumat (27/9), Sektor Energi Justru Melonjak 1,1%

Sentimen pasar pekan depan

Data manufaktur AS juga diperkirakan masih berada dalam zona kontraksi, meskipun dengan sedikit perbaikan, diperkirakan mencapai 48,3 pada September 2024. Selain rilis data manufaktur, pasar juga menunggu pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell, pada Selasa (1/10).

Serupa dengan Eropa dan AS, Tiongkok juga akan merilis data manufaktur dari NBS dan Caixin, yang masing-masing memperkirakan kondisi manufaktur Tiongkok stagnan. NBS memperkirakan kondisi manufaktur pada September 2024 masih dalam zona kontraksi di level 49, sedangkan Caixin memprediksi zona ekspansi dengan ekspektasi perlambatan di level 50,1 (sebelumnya: 50,4).

Kondisi manufaktur Indonesia saat ini juga diperkirakan dalam zona kontraksi, dengan sedikit peningkatan menjadi 49,5 pada September 2024 (sebelumnya: 48,9). Selain rilis data S&P Global Manufacturing, pada hari yang sama, Selasa (1/10), juga akan dirilis data inflasi Indonesia yang diperkirakan meningkat menjadi 2,3% YoY (sebelumnya: 2,12%) atau +0,2% MoM (sebelumnya: -0,03% MoM).

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan meningkat menjadi 2,6% YoY pada September 2024, dari sebelumnya sebesar 2,02% YoY. Peningkatan inflasi bulanan diharapkan dapat mengakhiri deflasi Indonesia yang berlangsung selama empat bulan berturut-turut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati