KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu bertengger lama di area 7.300-an. Setelah terbang 3,22% pada pekan lalu, IHSG kembali merosot ke bawah level 7.200 usai berbalik melemah dalam dua hari beruntun di awal pekan ini. Pada perdagangan Senin (20/5) IHSG anjlok 0,69%, dan berlanjut ambles 1,11% ke posisi 7.186,03 pada Selasa (21/5). Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menyoroti lima sentimen yang disinyalir memengaruhi performa pasar saham, terutama dari sisi pemberitaan yang membawa sentimen negatif (bad news).
Pertama, tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang mulai naik kembali. Kedua, tensi politik China dan Taiwan usai pelantaikan Presiden baru Taiwan. Ketiga, pelaku pasar menunggu data ekonomi dan kebijakan moneter AS di pekan ini.
Baca Juga: IHSG Rawan Koreksi Jelang Libur Panjang dan RDG BI, Cek Saham Andalan Analis Keempat, arah kebijakan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Kelima, posisi kurs rupiah yang masih berada di ambang Rp 16.000 per dolar AS. Jika lanjut melemah, rupiah berpotensi melemah ke posisi Rp 16.100 hingga Rp 16.250 per dolar AS. Selain itu, Yaki menilai faktor signifikan penekan IHSG adalah aksi profit taking menjelang libur panjang akhir pekan. Seperti diketahui, pekan ini kembali menjadi pekan pendek dengan adanya libur perdagangan bursa memperingati Hari Raya Waisak pada Kamis (23/5) dan lanjut cuti bersama pada Jumat (24/5). "(Koreksi IHSG) masih terlihat wajar, outflow dari investor asing lebih ke long weekend ditambah antisipasi terhadap bad news," ungkap Yaki kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5). Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi mengamini pekan pendek menjelang libur bursa ikut memengaruhi performa pasar. Para investor juga mengantisipasi rilis risalah Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed dan arah kebijakan BI. "Psikologis pasar cenderung melakukan aksi keluar atau menahan di tengah ketidakpastian yang dapat terjadi," ujar Audi. Meski begitu, Audi memandang kondisi ini belum mengubah tren jangka panjang IHSG yang masih bergerak di atas support 7.076. Dalam skenario bearish, IHSG berpotensi turun ke area support kuat tersebut sebelum menyentuh level psikologis 7.000. Sedangkan hingga akhir Mei, Audi memprediksi IHSG akan cenderung bergerak sideways dalam rentang 7.080 - 7.360. Sebelum libur dan cuti bersama, pada perdagangan Rabu (22/5) kecenderungan IHSG masih akan tertekan meski sudah mulai terbatas, dengan uji support jangka pendek di level 7.150. "Jika masih mampu terjaga di atas MA20 atau 7.150, maka potensi rebound masih terbuka menuju resistance di level 7.270," ungkap Audi. Sementara Yaki menaksir rentang pergrakan IHSG ada di 7.071 - 7.290. IHSG berpotensi rebound jika kuat bertahan di atas level 7.100 - 7.130. Saran Yaki, lebih baik menerapkan strategi buy on support dengan money management yang ketat.
Baca Juga: IHSG Melemah 1,11% ke 7.186 Pada Selasa (21/5), PTBA, ACES, ANTM Jadi Top Losers LQ45 Strategi lainnya, pertimbangkan
wait and see menunggu Senin pekan depan. Pelaku pasar juga bisa memanfaatkan momentum koreksi untuk mengoleksi saham berfundamental apik seperti bank
big caps. Sementara Audi menyarankan trading jangka pendek terlebih dulu dengan mengantisipasi dampak dari arah kebijakan bank sentral. Secara teknikal, Audi merekomendasikan saham PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR), PT Matahari Depatment Store Tbk (
LPPF) dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (
SRTG). Audi menyarakan
trading buy untuk saham
UNVR (support Rp 2.770 dan resistance di Rp 3.110) serta saham
LPPF (support: Rp 1.535 dan resistance di Rp 1.850). Kemudian,
speculative buy saham SRTG dengan support di Rp 1.500 dan resistance di Rp 1.650 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi