IHSG Melorot 1,29% Dalam Sepekan, Tertekan Sentimen Global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendapat tekanan dari sentimen global sepanjang pekan ini. Pada Jumat (17/3), IHSG ditutup menguat 1,71% ke posisi 6.678,23. 

Jika dibandingkan akhir pekan lalu, maka indeks komposit ini sudah ambles 1,29%. Sebagai pengingat, IHSG parkir di level 6.765,30 pada Jumat (10/3). 

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, sepekan ini pergerakan IHSG lebih dipengaruhi oleh sentimen dari luar negeri khususnya Amerika Serikat (AS) mengenai krisis likuiditas perbankan. 


Baca Juga: IHSG Melonjak 1,71% ke 6.678 Jumat (17/3), SRTG, PTBA, MEDC Top Gainers LQ45

"Hal tersebut tentunya menimbulkan rush dan berdampak ke IHSG dimana para investor asing lebih cenderung untuk mengamankan asetnya terlebih dahulu," ucap dia kepada Kontan.co.id, Jumat (17/3). 

Adapun selama pekan ini investor asing mencatatkan jual bersih alias net sell sebanyak Rp 724,31 miliar. Namun sepanjang tahun ini, asing mencatatkan net buy Rp 3,53 triliun. 

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Rio Febrian menjelaskan runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) yang akhirnya menekan mayoritas indeks global termasuk IHSG. 

Gejolak itu turut diwarnai oleh spekulasi pasar terhadap kenaikan The Fed Rate sebesar 25 basis poin (bps) dalam FOMC Maret 2023. Dengan terguncangnya sektor keuangan di AS membuat pelaku pasar optimistis The Fed akan mengubah pandangannya. 

Baca Juga: IHSG Melesat 1,37% ke 6.655,7 di Akhir Sesi Pertama, Sektor Energi Melonjak Tajam

"The Fed diperkirakan akan melakukan perubahan pandangan terhadap arah kebijakan moneter dampak dari situasi sektor keuangan terkini di AS, ucap Rio.

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova bilang, bangkrutnya SVB menjadi sentimen pemberat pasar saham secara global terutama pada saham perbankan.

"Serta pasca rilis data ekonomi AS seperti CPI dan jobless claim tampak mulai meredam tekanan pasar dengan kemudian rebound terjadi jelang akhir pekan ini," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi