JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan dipicu pelemahan bursa regional di tengah isu kekhawatiran perlambatan ekonomi global, Jumat (8/4). Data RTI menunjukkan, indeks berakhir terkoreksi 0,42% atau 20,58 poin ke level 4.846,70 pukul 16.00 WIB. Ada 154 saham bergerak turun, 128 saham bergerak naik, dan 95 saham stagnan. Perdagangan akhir pekan ini melibatkan 5,01 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 5,55 triliun. Lima dari 10 indeks sektoral menyeret IHSG ke zona merah. Di antaranya, sektor keuangan turun 1,72%, aneka industri turun 1,16%, dan barang konsumsi turun 0,44%.
Lima sektor yang menghijau antara lain, industri dasar naik 1,11%, konstruksi naik 0,69%, dan infrastruktur naik 0,46%. Aksi jual asing pun meramaikan perdagangan hari ini. Di pasar regional, net sell asing Rp 149,594 miliar dan net sell asing keseluruhan perdagangan Rp 49,714 miliar. Saham-saham yang masuk top losers LQ45 antara lain; PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) turun 6,09% ke Rp 2.005, PT Bank Mandiri (BMRI) turun 4,61% ke Rp 9.825, dan PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) turun 3,93% ke Rp 18.350. Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain; PT Waskita Karya (WSKT) naik 4,31% ke Rp 2.180, PT Adhi Karya (ADHI) naik 3,37% ke Rp 2.760, dan PT Aneka Tambang (ANTM) naik 3,20% ke Rp 645. "Kondisi IHSG yang sudah masuk dalam area jenuh beli atau overbought setelah menguat sekitar tiga persen sejak akhir Maret lalu dimanfaatkan oleh sebagian investor untuk melakukan ambil untung sehingga indeks bergerak melemah," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere dikutip dari Antara. Di sisi lain, lanjut Nico Omer, sentimen yang bervariasi baik dari global maupun domestik juga menjadi salah satu pendorong bursa saham Indonesia bergerak terkoreksi. Dari eksternal, Nico mengatakan, investor masih khawatir terhadap perekonomian global yang ditandai dari risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) menyebutkan bank sentral AS belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Asal tahu saja, hari ini bursa saham emerging market menuju pekan terburuknya sejak pertengahan Februari di tengah merosotnya mata uang dipicu kekhawatiran pertumbuhan global yang melambat berujung pada perlambatan untuk aset berisiko.