IHSG menanti kepastian The Fed



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhatian pelaku pasar global kembali tertuju ke Amerika Serikat (AS). Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) semakin mantap mengerek suku bunga acuan pada tahun ini.

Notulen rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang dibuka Kamis (22/2) dini hari waktu Indonesia menunjukkan, petinggi The Fed optimistis bisa menaikkan suku bunga acuan secara bertahap tahun ini. Petinggi The Fed melihat ekonomi AS telah tumbuh dan inflasi di Januari lalu naik.

Pelaku pasar di Wall Street merespons negatif kabar ini. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), misalnya, melemah 0,67% menjadi 24.797,78 pada penutupan Rabu (21/2) waktu setempat. Akibatnya, pasar saham global, termasuk di Indonesia, ikut terseret.


Jika The Fed mengerek suku bunga pada Maret nanti, analis Profindo Sekuritas, Yuliana, memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah. "Meski demikian, pengaruhnya tidak akan terlalu besar dibandingkan pertengahan Februari lalu," ujar dia kepada KONTAN, Kamis (22/2).

Kenaikan suku bunga The Fed tentunya akan berdampak pada perilaku dan kecenderungan investor asing di pasar finansial Indonesia. Jika suku bunga The Fed naik minimal 25 basis poin, maka investor asing berpotensi menarik dananya dari pasar saham Indonesia, sehingga terjadi capital outflow. Hingga kemarin, investor asing sudah mencatat jualan bersih (net sell) Rp 7,17 triliun di bursa.

Di sisi lain, kenaikan suku bunga juga berpotensi menekan kurs rupiah terhadap dollar AS. Hal ini menyebabkan kinerja emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan banyak impor bisa tertekan. Sejak awal tahun hingga kemarin, atau year-to-date (ytd), nilai tukar rupiah sudah menyusut 0,96%. Bahkan kurs rupiah kemarin merupakan posisi terlemah rupiah dalam dua tahun terakhir.

Yuliana memperkirakan IHSG berpotensi melemah hingga kenaikan suku bunga The Fed terealisasi, yang diprediksi Maret nanti. "Tetapi selama data ekonomi dalam negeri menunjukkan hasil yang bagus, penurunan tersebut masih bisa tertahan," ungkap dia.

Tak berefek signifikan

Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar berpendapat, koreksi pasar global, termasuk indeks saham domestik, merupakan hal yang wajar. "Dilihat di tahun-tahun sebelumnya pun indeks Dow Jones akan selalu bergerak negatif ketika The Fed akan menaikkan suku bunga, sehingga IHSG ikut terseret," jelas dia kepada KONTAN, kemarin.

Namun, jika memang bank sentral AS menaikkan suku bunganya pada Maret nanti, William memprediksi IHSG tidak akan tertekan terlalu dalam. Pasalnya, sejak beberapa minggu terakhir indeks saham domestik sudah cenderung melemah. IHSG kemarin ditutup di posisi 6.593,06, atau sudah menyusut 1,44% dari posisi tertinggi indeks saham sepanjang sejarah, yakni 6.689,29.

Selain itu, para pelaku pasar terlihat sudah cukup siap menghadapi rencana kenaikan suku bunga The Fed. Oleh karena itu, IHSG tidak akan terseret terlalu jauh akibat sentimen The Fed.

Meskipun kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed semakin tinggi pada tahun ini, William ragu Bank Indonesia (BI) ikut menaikkan suku bunga acuan. "Sebab, BI masih memiliki tugas dari pemerintah untuk menaikkan daya beli masyarakat. Jadi, kecil kemungkinan BI akan ikut menaikkan suku bunganya," ungkap dia.

Saat ini, suku bunga acuan BI atau BI 7-day reverse repo rate di 4,25%. Oleh karena itu, Paramitra Alfa Sekuritas masih optimistis IHSG bisa menyentuh level 6.700 di sepanjang tahun ini.

Dalam jangka panjang, Yuliana juga optimistis IHSG bisa menyentuh level 6.800-6.900 pada tahun ini. Namun, level tersebut baru bisa tercapai dengan catatan, pergerakan indeks saham domestik tak terkoreksi menembus di bawah level 6.426.

Dari sisi fundamental, pertumbuhan ekonomi dan consumer spending juga bisa menahan pelemahan IHSG. Dua faktor ini bisa menjadi sentimen positif di tengah bayang-bayang negatif yang datang dari pasar global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati