IHSG mencatat akumulasi return 1.021% dalam 25 tahun, terbesar di Asia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini masih seret. Indeks saham utama di Indonesia ini hanya naik 2,24% sejak awal tahun.

Tapi kalau dihitung dalam 25 tahun, IHSG sudah mengakumulasi kenaikan 1.021,63% dari posisi 545 pada 2 September 1996.

Kenaikan IHSG berhasil melampaui beberapa indeks saham di Asia. Indeks Shanghai China naik 347,60% pada periode yang sama. Sedangkan Nikkei 225 yang hanya menguat 50,12% dalam periode yang sama.

Kemudian Indeks Saham Gabungan Kuala Lumpur (KLCI) juga hanya tumbuh 39,83% dan Bursa Saham Thailand (SET) naik 48,82%. Sementara itu, dari periode Agustus 1999 hingga saat ini The Straits Times Index (STI) meningkat 40,98%.

Baca Juga: Wall Street tumbang pada awal perdagangan Selasa (28/9)

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar menyatakan, IHSG telah melalui beberapa krisis besar, seperti krisis moneter 1998, sub-prime mortgage crisis pada 2008, hingga yang terakhir pandemi Covid-19.

Tak hanya itu, pergerakan IHSG juga sempat dihadang oleh berbagai tantangan lainnya, misal krisis utang Eropa, devaluasi yuan, dan perang dagang Amerika Serikat (AS)-Tiongkok.

Akan tetapi, IHSG terbukti cukup kuat menghadapi berbagai situasi tersebut. Menurut Angga, hal ini tak lepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di atas rata-rata dunia dan catatan tingkat utang yang cukup terjaga.

Dia menambahkan, untuk melihat pertumbuhan IHSG dapat dihitung menggunakan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk atau CAGR. Pertumbuhan IHSG kurang lebih berkisar 12% per tahun.

Baca Juga: Kelas Edukasi Investasi KONTAN Hari ini (28/9) Angkat Tema Cara Cerdas Beli Emas

Hingga tutup tahun 2021, Anggaraksa bilang IHSG masih berpeluang untuk naik ke rentang yang lebih tinggi dari posisi saat ini. Pada perdagangan Selasa (28/9), IHSG ditutup melemah 0,15% ke level 6.113,11.

Di meramal, IHSG masih berpotensi menguat ke level 6.560. Jika berhasil tembus ke level tersebut, itu artinya IHSG menguat 8,86% dari posisi akhir tahun lalu di level 5.979,07.

Anggaraksa memandang, sentimen terkait tapering-off dari the Federal Reserve akan menjadi salah satu faktor yang dominan di sisa tahun ini. “Meski bank sentral AS telah memberikan sinyal kuat akan dimulainya tapering akhir tahun ini, optimisme masih terlihat dari aksi net buy investor asing yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir,” ungkap Angga pada Kontan, Selasa (28/9).

Mengutip data RTI, investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 11,34 triliun di seluruh pasar dalam tiga bulan terakhir. Selain itu, sambungnya, pelonggaran kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang disertai pembukaan kembali aktivitas ekonomi juga akan menjadi sentimen pendukung untuk pergerakan IHSG.

Baca Juga: Berburu saham-saham yang berpotensi jadi multibagger, begini saran analis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati