KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari pertama perdagangan saham semester II tahun 2019, Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) ditutup menguat 0,33% ke level 6.379,69 pada Senin (1/7). Analis Jasa Utama Capital, Chris Apriliony mengatakan, kenaikan IHSG hari ini didorong salah satunya oleh kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok pascapertemuan antara Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump Sabtu (29/6) yang lalu. Selain isu perang dagang, Chris melihat ada pergerakan dari saham-saham emiten batubara yang kembali menguat setelah lama terpuruk. Hal ini ditambah dengan masuknya aliran dana asing ke pasar saham Indonesia. Menurut Chris, bergeraknya saham emiten batubara hanya dipengaruhi faktor teknis dan belum ada sentimen positif kuat yang mendukung pergerakan positif emiten batubara.
“Hanya sekedar
technical rebound. Belum ada hal positif dan negatif terkait batubara, sehingga wajar jika secara jangka pendek harga batubara kembali menguat karena penurunan yang cukup dalam,” kata Chris kepada Kontan.co.id, Senin (1/7). Investor asing hari ini mencatat pembelian bersih di seluruh pasar sebesar Rp 761,92 miliar. Faktor pendorong
net buy adalah isu positif terkait perang dagang AS dan Tiongkok. Pasar saham pun didukung oleh hasil putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak permohonan banding Prabowo Subianto – Sandiaga Uno dan memutuskan kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Saham
BBRI dan
TLKM dua saham dengan
net buy asing tertinggi. Menurut Chris, saham BBRI menarik bagi investor asing karena investor asing memiliki kecenderungan untuk mengincar dan membeli saham perusahaan bank sementara Telkom diburu karena membaiknya performa dan target kerja perusahaan dari tahun sebelumnya. Menurut Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee, pergerakan positif pasar saham kemarin akan berlanjut hingga hari ini. Baik Hans maupun Chris sama-sama memprediksikan esok hari IHSG akan berada di level 6.360-6.400. Selain beberapa sentimen positif yang mempengaruhi menguatnya IHSG pada paparan di atas, Hans menambahkan pertemuan antara Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un juga membawa dampak positif bagi kondisi global. Di ranah domestik, data inflasi yang dirilis kemarin menjadi salah satu penopang IHSG. Hal lain dituturkan oleh analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama. Menurut Nafan, pergerakan positif IHSG hari ini juga didorong oleh adanya pertemuan OPEC yang memberikan dampak positif pada pergerakan harga komoditas minyak serta hasil dari KTT G-20 yang menghasilkan kesepakatan komprehensif untuk mengakhiri rezim proteksionisme. Dari ranah domestik, Nafan melihat inflasi yang masih sesuai dengan prediksi pasar menjadi salah satu sentimen positif bagi IHSG. Selain itu, stabilitas politik pascaputusan MK serta membaiknya data PMI manufaktur yang masih menunjukkan komitmen dalam melakukan ekspansi juga turut menjadi sentimen positif bagi IHSG.
Menurut Nafan pula, berdasarkan indikator yang ada pergerakan IHSG pada hari ini berada di area yang positif. Namun, juga perlu menjadi catatan bahwa pada hari ini terjadi
overbought pada
stochastic dan RSI. Dari segi pengamatan teknikal, Nafan melihat pola
bearish doji star yang dapat mengindikasikan kemungkinan terjadinya koreksi wajar pada pergerakan IHSG yang berpeluang menuju
support. Nafan merekomendasikan beberapa saham yang layak untuk diakumulasikan antara lain: 1.
GGRM, Akumulasi beli: dengan target harga level Rp 76.400-Rp 76.800.
Support: Rp 75.500 2.
GIAA, Akumulasi beli: dengan target harga level Rp 358-Rp 388.
Support: Rp 350 & Rp 340 3.
LPCK, Akumulasi beli: dengan target harga level Rp 1.485-Rp 1.515.
Support: Rp 1.420 4.
LPKR, Akumulasi beli: dengan target harga level Rp 256-Rp 272.
Support: Rp 256 & Rp 242 5.
TOWR, Akumulasi beli: dengan target harga level Rp 695-Rp 710.
Support: Rp 680 6.
WSBP, Akumulasi beli: dengan target harga level Rp 396-Rp 400.
Support: Rp 386 & Rp 370 Adapun saham-saham yang layak diakumulasikan esok hari menurut Chris antara lain saham
WEGE,
PTBA, dan
BBNI yang masih menjadi alternatif bank BUKU IV paling murah ketimbang
BMRI,
BBCA, dan
BBRI. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati