JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bulan Agustus ternyata masih positif. Padahal, dalam 10 tahun terakhir, IHSG di bulan Agustus lebih sering koreksi. IHSG berhasil menepis mitos koreksi di bulan Agustus karena ada sejumlah sentimen positif yang mengerek aksi beli investor asing. Sepanjang Agustus, IHSG mencatatkan return 3,2% dengan ditutup pada level 5.386,08 di pengujung bulan. Sejumlah saham yang menjadi penggerak IHSG di bulan lalu diantaranya, PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). IHSG justru mulai terlihat konsolidasi pada akhir Agustus setelah ada prediksi kenaikan suku bunga The Fed di bulan September. Meski pada pekan terakhir Agustus terjadi aksi jual investor asing, IHSG masih bertahan di atas level 5.300.
Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest, mengatakan, sepanjang Agustus, IHSG didorong oleh sektor-sektor perbankan yang naik 6%, aneka industri yang tumbuh 4,9%, dan barang konsumen yang tumbuh 5,1%. Hal ini dampak dari adanya euforia amnesti pajak. Sektor perbankan yang menjadi pooling fund amnesti pajak cukup mendapat banyak sentimen positif dari isu tersebut. Sementara sektor barang konsumer masih banyak disukai oleh investor asing karena sifatnya yang defensif. "Di sektor aneka industri, penjualan mobil ASII Juli hingga Agustus cukup membuat sektor aneka industri diminati," ujarnya, Jumat (2/9). Christian Saortua, Analis Minna Padi Investama mengatakan, adanya penurunan suku bunga acuan, indikator ekonomi makro yang terlihat masih positif, dan terbitnya laporan keuangan emiten di kuartal kedua juga menopang kinerja indeks. Volume perdagangan dan nilai transaksi pasar bulan Agustus juga cukup tinggi. Nilai transaksi harian tercatat berkisar Rp 6,5 triliun hingga Rp 6,7 triliun. Menurut Christian, perdagangan di pasar saham memang banyak didominasi oleh investor asing. "Pada Agustus, dana asing yang masuk cenderung besar. Pada saat itu, juga ada beberapa insentif dari pasar global karena tingkat suku bunga yang rendah," ujarnya. Lucky Bayu Purnomo, Analis Danareksa Sekuritas menambahkan, pelaku pasar global dan lokal menantikan agenda keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang berencana membahas kenaikan suku bunga The Fed. Meski sempat terkoreksi di penghujung bulan, IHSG akhirnya kembali positif. "Nilai tukar rupiah terlihat masih bagus. Sehingga, dana asing yang keluar kemarin sifatnya hanya sementara," imbuhnya.
Aditya menilai, sampai akhir tahun, investor masih akan melihat sentimen realisasi amnesti pajak, defisit APBN, dan rencana kenaikan suku bunga The Fed. Menurut Aditya, jika The Fed menaikkan suku bunga acuan lebih dari 25 basis poin, maka pasar saham domestik akan tertekan. "Juga tergantung BI rate apakah levelnya bertahan atau diturunkan," imbuhnya. Christian juga mengungkapkan, pada September ini, sebaiknya investor menunggu keputusan The Fed dan realisasi amnesti pajak. "Bulan ini IHSG cenderung agak volatil. Sehingga harus lebih berhati-hati," imbuhnya. Menurut Lucky, sentimen amnesti pajak justru sudah tidak menjadi bobot penting bagi pelaku pasar. Saat ini pasar lokal lebih banyak memperhatikan sentimen dari global. "Tapi langkah pemerintah merevisi budget justru diapresiasi positif oleh pasar," imbuhnya. Menurut Lucky, support terbesar IHSG berada di level 5.465. Saham yang perlu diperhatikan adalah MPPA, PPRO, PTPP, ADHI, dan KRAS. Sementara Aditya menilai pada bulan ini IHSG masih memiliki level resistance di 5.380. Sampai dengan akhir tahun, jika laporan keuangan berada di atas ekspektasi, maka Aditya lebih optimistis IHSG bisa di atas level 5.500. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Rizki Caturini