IHSG mengerem laju kenaikan di akhir pekan



Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai mengerem laju kenaikan. Pada perdagangan akhir pekan ini (29/7), indeks ditutup menurun 1,57% ke level 5.215,99.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, ada beberapa faktor yang memicu penurunan ini. Faktor penahan IHSG ini saling terkait.

Faktor utama adalah rilis kinerja emiten. Kinerja banyak emiten pada separuh pertama tahun ini di bawah ekspektasi.


Tapi, sentimen ini saja dirasakan kurang memadai jika melihat perdagangan akhir pekan. Pasalnya, penurunan banyak terjadi pada saham emiten berkapitalisasi pasar besar alias big caps.

Penggerak indeks selanjutnya adalah aksi sejumlah investor yang memanfaatkan karakteristik saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).

Emiten ini memiliki nilai kapitalisasi pasar tertinggi dan bisa dibilang menjadi penggerak indeks. "Kalau mau menurunkan harga saham, buang dulu HMSP, nanti saham lain ikut turun," ujar Satrio kepada KONTAN.

Ini yang menyebabkan saham HMSP turun 9,7% ke level Rp 3.630 per saham. Padahal, kinerja emiten rokok sepanjang semester pertama lalu terbilang oke.

Kamis (28/7), saham HMSP masih memiliki kapitalisasi terbesar di bursa dengan nilai Rp 467,60 triliun. Akibat penurunan yang hampir mencapai 10%, peringkat HMSP tergeser oleh saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang penurunan harganya lebih tipis.

Per Jumat, nilai kapitalisasi TLKM turun jadi Rp 426,38 triliun dari hari sebelumnya Rp 437,47 triliun, karena harga sahamnya turun 2% jadi Rp 4.230 per saham. Ini lebih tinggi ketimbang kapitalisasi pasar HMSP di akhir pekan, yakni Rp 422,23 triliun.

Selain HMSP dan TLKM, saham big caps lain yang harganya turun di antaranya PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Saham SILO turun 10% ke Rp 9.775 per saham, sedang UNVR turun 5% jadi Rp 45.050 per saham.

Selain itu, sejumlah analis menilai, indeks akan menurun Agustus nanti. Maklum saja, secara historis beberapa tahun terakhir, indeks selalu menunjukkan fenomena ini hampir setiap tahun.

"Kampanye IHSG akan turun pada Agustus juga ikut mempengaruhi," imbuh Satrio.

Semua faktor tersebut saling terkait dan terakumulasi jadi satu. Sehingga investor lokal ramai-ramai melakukan aksi net sell, kebalikan dengan asing yang mencatat net buy Rp 1,58 triliun kemarin.

Menurut catatan, ini merupakan net buy terbesar sepanjang bulan ini. Analis First Asia Capital David Sutyanto menjelaskan, anjloknya indeks akhir pekan ini juga karena efek dari pasar reksadana.

Banyak investor reksadana yang melakukan redeem atas portofolionya. "IHSG sudah mau 5.300, makanya banyak yang redeem," ujar David.

Satrio mengamini hal ini. Menurutnya, karena kampanye IHSG bearish pada Agustus, banyak investor reksadana melakukan redeem.

Pasar reksadana persis seperti pasar saham. IHSG yang tinggi merupakan waktu yang tepat untuk mengakumulasi keuntungan.

Saat indeks turun justru saat yang tepat untuk mengoleksi portofolio karena sedang murah. Meski begitu, investor tak perlu khawatir.

"Penurunan ini wajar, apalagi setelah melihat indeks belakangan ini naiknya kencang sekali," kata Satrio. Dia memperkirakan, IHSG diprediksi akan bergerak pada rentang 5.150–5.200 pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto