KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun 2025. Hingga penutupan perdagangan Selasa (30/12/2025), IHSG menguat 22,13% secara year to date (ytd) dan bertengger di level 8.646,93. Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Armand Wahyudi Hartono mengatakan awalnya kinerja IHSG sempat menghadapi tantangan pada semester I-2025. Namun, memasuki semester II-2025, indeks berhasil bangkit dan kembali menguat hingga ditutup di kisaran level 8.600. Pria yang juga menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) itu menerangkan penguatan IHSG tersebut tidak lepas dari peran investor ritel yang terus mengalami pertumbuhan. Menurutnya, jumlah investor ritel yang saat ini telah menembus angka 20 juta sudah jauh melampaui ekspektasi awal.
Baca Juga: IHSG Cetak All Time High 24 Kali pada 2025, Ini Catatan Pengamat untuk Otoritas Bursa "Investor ritel sudah mencapai 20 juta. Itu di luar dugaan kita semua. Luar biasa itu melebihi target. Dulu target 20 juta (investor) kita bicarakan tercapai di tahun 2027 padahal, tapi sekarang sudah lewat," kata Armand di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (30/12/2025). Armand juga berharap ke depan, partisipasi investor institusi juga dapat meningkat guna mendorong kinerja pasar modal. Selain itu, AEI juga akan berfokus pada peningkatan kualitas emiten salah satunya melalui edukasi. Terkait prospek pasar modal pada 2026, Armand berharap aktivitas perdagangan dapat terus meningkat, termasuk melalui penerapan kebijakan kenaikan free float yang dinilai positif untuk memperluas basis investor. Dalam pemberitaan Kontan sebelumnya, IHSG mampu mencetak All Time High (ATH) sebanyak 24 kali sepanjang tahun 2025, meski sempat tertekan di paruh pertama tahun 2025. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman menjelaskan di paruh pertama 2025, IHSG turun bahkan ke level terendah di 5.996. Ini karena kondisi global, ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal. “Yang kedua memang pelemahan rupiah dan yang ketiga, kondisi konflik yang terjadi Timur Tengah,” jelasnya dalam konferensi pers Penutupan Perdagangan Bursa Tahun 2025, Selasa (30/12/2025). Di sepanjang 2025, IHSG sempat terjun bebas ke zona merah hingga terjadi trading halt. Pembekuan sementara perdagangan di seluruh Bursa Efek Indonesia (BEI) terjadi pada 18 Maret 2025 dan 8 April 2025. Adapun IHSG anjlok hingga 5,03% jelang berakhirnya sesi pertama perdagangan 18 Maret 2025. Sementara 8 April 2025, IHSG langsung membuka perdagangan ambles hingga 9,19%.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Teknikal Saham ASII, NCKL, AKRA untuk Jumat (2/1) Merespons hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan SRO menetapkan buyback tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) serta dialog soliditas dan sinergi dengan stakeholder pasar modal. “Kemudian menetapkan terkait aturan trading halt dan auto rejection yang baru di paruh pertama. Dengan ada penyesuaian ini, pasar modal berhasil rebound di paruh kedua,” kata Iman. Iman menjelaskan di semester II-2025, pasar saham dalam negeri didorong oleh penurunan suku bunga The Fed dan ada kebijakan pro-growth oleh pemerintah termasuk injeksi likuiditas sebesar Rp 200 triliun. Dia bilang IHSG mampu mencetak rekor demi rekor seperti mencapai 24 kali ATH sepanjang tahun serta total market cap tertinggi baru, yang berhasil menyentuh nilai Rp 16.000 triliun.
Rekor tertinggi IHSG itu berhasil ditorehkan pada 8 Desember 2025. Di mana, IHSG berhasil mencapai level 8.711 dengan nilai kapitalisasi pasar alias market cap sebesar Rp 16.004 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News