KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 5,30% sepanjang Oktober 2020. Asal tahu saja, perdagangan IHSG pada September 2020 ditutup pada level 4.870,04. Sementara pada Okober ditutup pada level 5.128,23. Meski begitu, pada November 2020 IHSG berpotensi mengalami koreksi. Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar menjelaskan, kenaikan IHSG ditopang penguatan di dua pekan pertama bulan Oktober 2020. Adapun sentimen positifnya berasal dari pengesahan RUU Omnibus Law Cipta Kerja. "Cukup banyak memiliki aturan yang menguntungkan bagi iklim investasi seperti kemudahan berusaha, perizinan lahan, serta aturan perpajakan dividen, " jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (28/10).
Lebih lanjut ia menjelaskan, pelonggaran status Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) menjadi PSBB transisi sebagai katalis positif lainnya. Adapun menjelang akhir Oktober 2020, IHSG cenderung bergerak
sideways. Akan tetapi, investor asing juga terlihat sudah mulai melakukan aksi beli bersih atau
net buy. Baca Juga: Pemilu AS mewarnai pergerakan IHSG awal November Anggaraksa menjelaskan, pada November 2020 IHSG berpotensi mengalami koreksi. Berkaca dari 10 tahun terakhir, tercatat IHSG melemah sebanyak delapan kali di bulan November. Selain itu dari global, fokus investor akan tertuju pada pemilihan umum (pemilu) presiden Amerika Serikat (AS). Sementara dari domestik, IHSG akan terpengaruh oleh rilis data GDP dan laporan keuangan emiten-emiten untuk periode kuartal III 2020. Anggaraksa memperkirakan jika pasar cenderung diwarnai sentimen negatif, maka IHSG bisa tertekan ke level 4.930 sepanjang November 2020. Jika pasar diwarnai sentimen positif, maka IHSG bisa bergerak menguat ke level 5.350. "Untuk investor jangka panjang, apabila terjadi koreksi di bulan November maka dapat dijadikan momen untuk melakukan akumulasi pembelian," sarannya. Beberapa saham-saham yang masih menarik di bulan November ini seperti saham-saham big caps di sektor barang konsumen seperti
ICBP,
KLBF, dan
UNVR. Dari sektor perbankan bisa dipertimbangkan untuk
BMRI dan
BBNI. Selain itu, investor juga bisa mencermati emiten pertambangan yang rutin membagikan dividen interim seperti
ITMG dan
ADRO. Menjelang penghujung tahun, umumnya akan terjadi aksi
window dressing yang mengangkat IHSG di bulan Desember. Sehingga akhir tahun ini IHSG diperkirakan akan ditutup di level 5.400. Sementara itu, Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr berpendapat, peluang penguatan IHSG pada November masih ada walau tidak sekuat Oktober 2020. Investor akan mencermati data-data makro Indonesia seperti PDB kuartal III dan data-data di bulan Oktober seperti PMI, IKK, dan inflasi.
Baca Juga: IHSG Senin (2/11) berpotensi terkoreksi, cermati sentimennya berikut "Untuk melihat seberapa cepat recovery ekonomi memasuki kuartal IV 2020 ini," jelasnya, Kamis (29/10). Adapun pemilu AS menurutnya, secara tidak langsung berdampak melalui pergerakan di Wall Street dalam jangka pendek. Akan tetapi, belum ada dampak politik secara langsung ke Indonesia. Dampak politik secara tidak langsung kemungkinan besar ada melalui kebijakan AS ke China setelah pemilu.
Sektor yang menarik di bulan November ini seperti sektor perbankan, farmasi, barang konsumsi. Sektor tersebut dapat dicermati karena seiring dengan perbaikan ekonomi secara gradual. Selain itu, sektor
cyclical seperti agrikultur juga dapat dipertimbangkan seiring dengan harga yang membaik dan permintaan yang meningkat di akhir-akhir tahun. Sektor properti juga boleh dicermati seiring dengan pembukaan ekonomi. Zamzam memprediksi IHSG akan
resistance di level 5.180, 5.230, dan 5.320. Sementara itu level
support-nya berada di 5.100 dan 5.060. Adapun hingga akhir tahun 2020, IHSG masih diperkirakan masih akan lebih rendah dibanding tahun lalu. "Prediksi kita berada di 5.400 hingga 5.550, setara 17 kali hingga 19 kali forward P/E dengan asumsi penurunan EPS 15%," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi