Setelah mencetak rekor tertinggi baru, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah. Analis menilai, pelaku pasar saat ini lebih memilih mengambil posisi wait and see, terutama sembari menunggu hasil pemilihan Presiden AS. Bagaimana strategi bermain saham yang cocok?Menjelang akhir Oktober lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menoreh rekor baru. Pada perdagangan Selasa lalu (30/10), IHSG berhasil ditutup di level 4.364,60. Ini adalah rekor tertinggi IHSG sepanjang sejarah. Kenaikan indeks saham Indonesia ini disokong oleh rilis kinerja emiten di kuartal tiga, yang rata-rata positif.Tapi, kenaikan IHSG tidak berlangsung lama. Setelah menyentuh rekor, indeks saham kembali bergerak turun. “Pelaku pasar melakukan profit taking karena harga saham sudah mengalami kenaikan yang tinggi,” papar Edy Kho, analis UOB Kay Hian Securities.Menurut pendapat para analis, setidaknya ada dua hal yang membuat pelaku pasar lebih memilih melakukan ambil untung setelah IHSG mencetak rekor. Pertama, pelaku pasar melihat sentimen global masih belum kondusif. “Misalnya ekonomi China masih melambat, makanya orang cenderung trading,” kata Andy Ferdinand, Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas.Kedua, pelaku pasar memilih wait and see sembari menunggu hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS), yang bakal digelar Selasa, 6 November mendatang. “Hasil pemilihan tersebut nanti akan menentukan arah kebijakan fiskal Paman Sam, yang bisa berpengaruh terhadap negara lain,” cetus James Wahyudi, analis Sinarmas Sekuritas.Tidak defisit lagiAnalis memprediksi, pemilihan presiden AS akan mempengaruhi pergerakan IHSG di pekan pertama November ini. Menurut Edy, bila Barack Obama kembali memenangi pemilu, pasar akan bereaksi positif dan akan ambil posisi beli. Ia memperkirakan, dana asing akan kembali masuk ke pasar saham Indonesia bila Barack Obama kembali terpilih.Namun, bila Mitt Romney yang menjadi pemenang pemilu AS, pasar akan kembali mengambil posisi wait and see. “Pelaku pasar akan menunggu kejelasan arah kebijakan ekonomi yang baru,” jelas Edy.Dus, para analis memprediksi IHSG akan cenderung bergerak sideways dalam perdagangan sepekan ke depan. Edy menghitung pergerakan IHSG selama sepekan ke depan ada di kisaran 4.212–4.400.Para analis juga yakin IHSG tidak akan mengalami penurunan tajam. Pasalnya, data-data ekonomi Indonesia mulai membaik. Misalnya saja, neraca perdagangan Indonesia kembali surplus. Bahkan, di September, Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan US$ 552,9 juta, lebih tinggi dari surplus Agustus sebesar US$ 248 juta. Sekadar mengingatkan, Indonesia sempat mencetak defisit neraca perdagangan selama empat bulan berturut-turut.Memang, menurut James, faktor fundamental Indonesia tersebut tidak akan banyak mempengaruhi pergerakan IHSG. Namun, positifnya data ekonomi Indonesia akan menopang indeks saham sehingga tidak akan jatuh dalam.Karena pasar masih sideways, analis menyarankan investor melakukan pembelian saham secara selektif, khususnya pada saham-saham unggulan yang harganya sudah murah. Edy memberi rekomendasi bagi saham-saham sektor perbankan dan barang konsumer.Selain saham dari dua sektor tadi, Andy juga merekomendasikan saham sektor infrastruktur dan semen. Ia memprediksi, IHSG akan cenderung sideways sepanjang November ini.Selamat berinvestasi! ***Sumber : KONTAN MINGGUAN 06 - XVII, 2012 Laporan UtamaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
IHSG menyambut AS-1
Setelah mencetak rekor tertinggi baru, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah. Analis menilai, pelaku pasar saat ini lebih memilih mengambil posisi wait and see, terutama sembari menunggu hasil pemilihan Presiden AS. Bagaimana strategi bermain saham yang cocok?Menjelang akhir Oktober lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menoreh rekor baru. Pada perdagangan Selasa lalu (30/10), IHSG berhasil ditutup di level 4.364,60. Ini adalah rekor tertinggi IHSG sepanjang sejarah. Kenaikan indeks saham Indonesia ini disokong oleh rilis kinerja emiten di kuartal tiga, yang rata-rata positif.Tapi, kenaikan IHSG tidak berlangsung lama. Setelah menyentuh rekor, indeks saham kembali bergerak turun. “Pelaku pasar melakukan profit taking karena harga saham sudah mengalami kenaikan yang tinggi,” papar Edy Kho, analis UOB Kay Hian Securities.Menurut pendapat para analis, setidaknya ada dua hal yang membuat pelaku pasar lebih memilih melakukan ambil untung setelah IHSG mencetak rekor. Pertama, pelaku pasar melihat sentimen global masih belum kondusif. “Misalnya ekonomi China masih melambat, makanya orang cenderung trading,” kata Andy Ferdinand, Kepala Riset Batavia Prosperindo Sekuritas.Kedua, pelaku pasar memilih wait and see sembari menunggu hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS), yang bakal digelar Selasa, 6 November mendatang. “Hasil pemilihan tersebut nanti akan menentukan arah kebijakan fiskal Paman Sam, yang bisa berpengaruh terhadap negara lain,” cetus James Wahyudi, analis Sinarmas Sekuritas.Tidak defisit lagiAnalis memprediksi, pemilihan presiden AS akan mempengaruhi pergerakan IHSG di pekan pertama November ini. Menurut Edy, bila Barack Obama kembali memenangi pemilu, pasar akan bereaksi positif dan akan ambil posisi beli. Ia memperkirakan, dana asing akan kembali masuk ke pasar saham Indonesia bila Barack Obama kembali terpilih.Namun, bila Mitt Romney yang menjadi pemenang pemilu AS, pasar akan kembali mengambil posisi wait and see. “Pelaku pasar akan menunggu kejelasan arah kebijakan ekonomi yang baru,” jelas Edy.Dus, para analis memprediksi IHSG akan cenderung bergerak sideways dalam perdagangan sepekan ke depan. Edy menghitung pergerakan IHSG selama sepekan ke depan ada di kisaran 4.212–4.400.Para analis juga yakin IHSG tidak akan mengalami penurunan tajam. Pasalnya, data-data ekonomi Indonesia mulai membaik. Misalnya saja, neraca perdagangan Indonesia kembali surplus. Bahkan, di September, Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan US$ 552,9 juta, lebih tinggi dari surplus Agustus sebesar US$ 248 juta. Sekadar mengingatkan, Indonesia sempat mencetak defisit neraca perdagangan selama empat bulan berturut-turut.Memang, menurut James, faktor fundamental Indonesia tersebut tidak akan banyak mempengaruhi pergerakan IHSG. Namun, positifnya data ekonomi Indonesia akan menopang indeks saham sehingga tidak akan jatuh dalam.Karena pasar masih sideways, analis menyarankan investor melakukan pembelian saham secara selektif, khususnya pada saham-saham unggulan yang harganya sudah murah. Edy memberi rekomendasi bagi saham-saham sektor perbankan dan barang konsumer.Selain saham dari dua sektor tadi, Andy juga merekomendasikan saham sektor infrastruktur dan semen. Ia memprediksi, IHSG akan cenderung sideways sepanjang November ini.Selamat berinvestasi! ***Sumber : KONTAN MINGGUAN 06 - XVII, 2012 Laporan UtamaCek Berita dan Artikel yang lain di Google News