KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melorot 0,51% ke level 6.765,30 pada Jumat (10/3). Dalam sepekan, IHSG merosot 0,71%. Pelemahan IHSG sejalan dengan koreksi yang terjadi di Bursa Asia dan Wall Street. Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro melihat sentimen domestik sebenarnya cukup kondusif. Ditopang data cadangan devisa serta rilis kinerja keuangan emiten yang masih menunjukkan hasil positif. Namun, IHSG terseret efek domino testimoni bernada hawkish Gubernur The Fed Jerome Powell, yang mendorong peningkatan persepsi risiko pelaku pasar.
"Investor mengkhawatirkan jika The Fed meningkatkan target terminal rate-nya, bisa memicu perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) secara signifikan," kata Nico kepada Kontan.co.id, Jum'at (10/3).
Baca Juga: Akan Bayar Dividen, Cek Rekomendasi Saham Indo Tambangraya (ITMG) dan Adaro (ADRO) Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, menimpali kondisi ini menimbulkan kekhawatiran penurunan ekonomi global. Sebagai akibat pengetatan kebijakan moneter yang dapat menekan permintaan energi dan aktivitas industri manufaktur. Penurunan di pasar ekuitas beriringan dengan melesatnya imbal hasil obligasi AS untuk tenor 10 tahun kembali menyentuh level 4%. Situasi tersebut turut mengakibatkan nilai tukar rupiah yang kembali terdepresiasi dalam satu bulan terakhir sebesar 2,13% terhadap dolar AS. Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengamini, pada pekan ini IHSG cukup rentan terpapar sentimen eksternal. Mengakibatkan koreksi dalam jangka pendek. Hanya saja, Ivan melihat dalam jangka menengah IHSG masih berpeluang menguat dalam skenario konsolidasi. Ivan memperkirakan tekanan jual masih akan berlanjut pada awal pekan depan, tapi akan lebih terbatas ketimbang pekan ini. Pekan depan bisa mulai menjadi momentum pembalikan arah dengan support IHSG pada area 6.644 dan resistance di 6.890. Ratih menambahkan, pergerakan IHSG pekan depan masih akan terkait kondisi ekonomi AS. Dengan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan ini yang diproyeksikan terjadi kenaikan suku bunga The Fed 50 basis points, arahnya masih cenderung melemah. Di dalam negeri pelaku pasar akan mencermati kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang diproyeksikan tetap di level 5,75%. Potensi angin segar datang dari pengumuman dividen pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan sejumlah emiten bank besar. Ratih memprediksi IHSG pekan depan akan bergerak mixed cenderung melemah dengan support di level 6.720 dan resistance pada 6.830. Di tengah kondisi pasar saat ini, Ratih melihat saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) menarik dikoleksi.
Sementara itu, Nico menyarankan untuk hold atau buy on weakness saham BBRI, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG). Sedangkan Ivan menjagokan saham ITMG, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Astra International Tbk (ASII).
Baca Juga: IHSG Ditutup Melemah ke 7.765,3 pada Hari Ini (10/3), Sektor Transportasi Ambles Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat