IHSG minus, kinerja reksadana saham positif sepanjang Februari



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kendati pasar saham terkoreksi sepanjang Februari lalu, reksadana saham masih mampu menorehkan pertumbuhan kinerja.

Rata-rata kinerja reksadana saham dalam Infovesta Equity Fund Index tumbuh tipis 0,04% pada Februari lalu secara month on month (mom). Adapun secara year to date (ytd) kinerja reksadana saham telah mencapai 4,76%.

Sementara, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan turun 0,13% sepanjang Februari 2018. Untungnya secara tahun berjalan, IHSG masih tumbuh sebesar 3,80%.


Direktur Bahana TCW Investment, Soni Wibowo menjelaskan, rata-rata reksadana saham yang dikelola manajer investasi memiliki aset berupa kas atau pasar uang sebesar 5%-10% dalam portofolionya. Hal itu setidaknya membuat reksadana tersebut masih cukup likuid di tengah gejolak di pasar saham.

Menurutnya, pemilihan saham tidak terlalu berpengaruh banyak terhadap kinerja reksadana saham sepanjang bulan lalu. “Sebagian besar sektor saham terkoreksi,” ujarnya, Jum’at (2/3).

Lantaran hanya unggul tipis terhadap kinerja indeks acuan, Rudiyanto Direktur Panin Asset Management bilang, kinerja rata-rata reksadana saham tidak sepenuhnya aman.

Menurutnya, salah satu kunci manajer investasi yang mampu menjaga kinerja reksadana sahamnya adalah diversifikasi saham. Dalam hal ini, manajer investasi tidak hanya fokus pada pemilihan saham berkapitalisasi besar, melainkan juga saham berkapitalisasi rendah. “Saham-saham small cap kerap menjadi penggerak IHSG dari awal tahun hingga saat ini,” paparnya.

Di samping itu, performa sebagian saham-saham di sektor komoditas masih cukup baik pada bulan lalu. Hal tersebut dinilai Rudiyanto turut membantu manajer investasi dalam mendongkrak kinerja reksadana sahamnya.

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana berpendapat, sebagian reksadana saham tidak mampu menahan gejolak di pasar akibat sentimen kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat. Ia yakin, sentimen tersebut masih akan terus menghantui pasar saham Indonesia sampai kenaikan suku bunga acuan AS benar-benar diumumkan. Oleh karena itu, manajer investasi dituntut melakukan antisipasi.

Rudiyanto mengaku, dalam kondisi seperti ini manajer investasi umumnya akan lebih berhati-hati dalam menentukan aset portofolio reksadana saham.

Walau secara umum tidak ada perubahan strategi, Soni menilai, volatilitas pasar saham yang masih cukup tinggi membuat manajer investasi cenderung mengurangi frekuensi transaksinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini