IHSG mulai menghijau bukan karena efek buyback



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angin segar mulai berembus ke pasar saham tanah air. Dalam tiga hari perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau.

Bahkan, pada perdagangan hari ini penguatan IHSG cukup signifikan, yakni 4,07% dengan nilai transaksi sebesar Rp 7,54 triliun. Tercatat, IHSG telah menguat tiga hari berturut-turut sejak Kamis (2/4). Bahkan dalam sepekan, IHSG telah menguat 9,0%.

IHSG justru menguat setelah beberapa emiten berencana untuk melakukan aksi pembelian kembali (buyback) saham. Beberapa emiten seperti PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Ace Hardware Tbk (ACES), dan PT Yule Sekuritas Tbk (YULE), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) bahkan telah merealisasikan aksi korporasi ini.


Lantas, apakah buyback emiten ini menjadi penyebab penguatan IHSG dalam beberapa hari ini?

Baca Juga: Menguat 4,07%, ini yang membuat IHSG perkasa pada Senin (6/4)

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, penguatan IHSG dalam beberapa hari belakangan ini lebih disebabkan oleh adanya aksi window dressing kuartal I-2020. William kurang yakni aksi buyback yang dilakukan oleh emiten berpengaruh signifikan terhadap IHSG saat ini.

Sebab, buyback hanya berguna untuk menahan harga saham dari kejatuhan yang lebih dalam, bukan untuk mengangkat harga saham. “Kalau untuk buyback, saya masih yakin tidak ada pengaruhnya ke pasar karena sifatnya hanya menadah ke bawah,” ujar William kepada Kontan.co.id, Senin (6/4).

William menilai window dressing cukup mendongkrak laju IHSG. Di sisi lain, investor asing masih melakukan aksi jual bersih (net sell). Hal inilah yang membuat IHSG masih rawan profit taking.

Baca Juga: IHSG menguat dalam tiga hari berturut-turut ke 4.811 hingga Senin (6/4)

Asal tahu, investor asing masih melakukan aksi jual bersih (net sell) pada perdagangan hari ini. Tercatat, net sell asing mencapai Rp 409,98 miliar di pasar regular dengan total net sell di semua pasar mencapai Rp 489,60 miliar. Sejak awal tahun atau secara year-to-date, jumlah dana asing yang kabur dari pasar saham domestik mencapai Rp 11,30 triliun di semua pasar.

Menurut William, investor asing saat ini masih ragu terhadap pasar saham tanah air. Hal ini tidak lepas dari adanya keraguan asing mengenai dampak penyebaran Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia. “Hal ini membuat asing tidak berminat berinvestasi di instrumen saham dan lebih banyak beralih ke emas,” sambung dia.

Dengan adanya asumsi window dressing dan penyebaran Covid-19, prediksi William titik terendah IHSG akan berada di level 4.811 sementara level tertingginya diperkirakan berada di level 5.200 hingga akhir semester I-2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati