JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau menjelang pidato pertama presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Rabu (11/1). Mengacu data RTI, indeks berakhir naik 0,03% atau 1,637 poin ke level 5.311,561 pada sesi I. Volume perdagangan 6,68 miliar lot saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,78 triliun. Tercatat 158 saham bergerak naik, 124 saham bergerak turun, dan 94 saham stagnan. Lima dari 10 indeks sektoral menjaga IHSG di zona positif. Sektor pertambangan melaju paling kencang 1,93%. Sementara, sektor aneka industri paling dalam penurunannya 0,77%.
Sayangnya, laju IHSG terbatasi aksi jual investor asing. Di sesi I perdagangan, net sell asing mencapai Rp 68,565 miliar. Saham-saham yang masuk top gainers LQ45 antara lain; PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 5,21% ke Rp 3.030, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) naik 3,56% ke Rp 1.745, dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) naik 1,99% ke Rp 1.795. Saham-saham yang masuk top losers LQ45 antara lain; PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) turun 2,55% ke Rp 15.275, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) turun 1,92% ke Rp 8.950, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) turun 1,59% ke Rp 21.600. "Pasar saham di kawasan Asia yang menguat menjadi salah satu katalis positif bagi IHSG pada perdagangan saham hari ini (11/1)," kata Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere dilansir dari Antara. Nico Omer menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri mengenai ekonomi domestik pada 2016 yang terbilang cukup kondusif diharapkan dapat berlanjut pada tahun 2017 ini. "Reformasi fiskal yang telah dilakukan pemerintah cukup membantu dalam meningkatkan kualitas belanja sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Membaiknya fiskal itu dapat dilihat dari adanya realokasi belanja APBN ke sektor yang lebih produktif," katanya.
Kendati demikian, ia mengemukakan bahwa laju IHSG berpotensi tertahan seiring dengan pelaku pasar saham yang sedang menanti pidato dari para pejabat Bank Sentral AS atau The Fed pekan ini. Perkiraan kenaikan suku bunga the Fed tahun ini terbilang kurang menguntungkan bagi pasar global. Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan pelaku pasar saham juga sedang menanti program Presiden terpilih AS Donald Trump yang akan ditempuh ke depannya, terutama terkait stimulus fiskal dan pajak rendah. "Menjelang testimoni Presiden Trump dalam konferensi pers dan jelang rilis kinerja para emiten membuat pelaku pasar cenderung 'wait and see dan mengurangi aktivitas transaksi," kata Reza. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto