KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melaju di zona hijau didukung angka pertumbuhan ekonomi di kuartal II yang melaju lebih cepat dari perkiraan, Senin (7/8). Mengutip RTI, IHSG pada sesi pertama perdagangan naik 0,53% ke level 6.888,97. Tercatat 267 saham naik, 231 saham turun, dan 234 saham stagnan. Total volume perdagangan 9,4 miliar saham dengan nilai transaksi capai Rp 3,87 triliun.
Sebanyak tujuh indeks sektoral menopang langkah IHSG perdagangan pagi. Tiga sektor yang berkontribusi paling besar yakni; IDX Sector Basic Materials 0,86%, IDX Sector Financials 0,78%, dan IDX Sector Technology o,62%.
Baca Juga: IHSG Dibuka Rebound 0,44% ke 6.882,7 pada Perdagangan Senin (8/7) Saham-saham top gainers LQ45: - PT Ace Hardware Indonesia Tbk (
ACES) naik 5,15% ke Rp 715 - PT Indah Kiat Pulp & Papers Tbk (
INKP) naik 4,58% ke Rp 9.700 - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) naik 2,69% ke Rp 5.725 Saham-saham top losers LQ45: - PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP) turun 1,33% ke Rp 11.100 - PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) turun 0,83% ke Rp 2.380 - PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA) turun 0,76% ke Rp 1.305
Baca Juga: Rekomendasi Saham Ajaib Sekuritas, Senin (7/8): Buy MAPI, MEDC, dan MYOR Asal tahu, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II melaju lebih cepat dari perkiraan dan berada di atas prediksi pasar. Meskipun ekspornya melemah di tengah-tengah penurunan harga-harga komoditi. Perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini tumbuh 5,17% pada kuartal April-Juni dari periode yang sama tahun sebelumnya (Yoy). Lebih cepat daripada pertumbuhan 4,93% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh
Reuters dan merupakan pertumbuhan tertinggi dalam tiga kuartal. Pertumbuhan kuartal pertama direvisi naik sedikit menjadi 5,04%. Pada basis triwulanan yang tidak disesuaikan secara musiman, PDB tumbuh 3,86%, dibandingkan dengan prediksi jajak pendapat sebesar 3,72%.
Pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi mendapat dorongan dari lonjakan ekspor yang dipimpin oleh komoditas tahun lalu. Tetapi para analis memperkirakan momentum akan mereda karena harga produk utama Indonesia, seperti minyak kelapa sawit dan batubara, turun dan permintaan global melemah di tengah kenaikan suku bunga di banyak negara. Pengetatan moneter Indonesia sebesar 225 basis poin dari Agustus 2022 hingga Januari 2023, juga terlihat mengganggu permintaan domestik. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto