IHSG Naik 10,72% pada 2021, Masih Akan Ada January Effect di 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2021 ditutup menguat 10,72%. Hanya saja, pada akhir tahun, IHSG sempat terkoreksi akibat kemunculan varian omicron.

Walau begitu, analis memperkirakan awal tahun 2022 masih akan tetap ada January Effect. 

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai, walau ada koreksi window dressing tetap ada pada tahun lalu. Sehingga ia memproyeksikan pada Januari saham-saham masih bisa naik.


"Probabilitas 70% January Effect tetap ada karena Desember window dressing tetap ada walau kenaikannya tidak 100% akibat kemunculan omicron," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (2/1).

Nah, dengan begitu Nico memproyeksikan saham-saham yang dapat diamati dari sektor perbankan, infrastruktur, komoditas, dan teknologi. 

Baca Juga: Ekonomi Tahun Depan Diramal Lebih Solid, Analis Rerkomendasikan Saham-Saham Ini

Untuk perbankan, sentimen pendorongnya berasal dari pemulihan ekonomi dan infrastruktur karena pemerintah terus mendorong pembangungan infrastruktur jalan maupun telekomunikasi.

Kemudian, untuk komoditas sentimen pendorongnya adalah harganya yang sedang baik. Hanya saja, ia mengingatkan investor juga perlu berhati-hati dengan ketidakpastian yang ada sehingga perlu diperhatikan momentumnya.

Oleh sebab itu, Nico menjagokan BBCA, BMRI, BBRI, TBIG, JSMR, dan EMTK.

Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe menambahkan, selain sektor-sektor tersebut CPO juga menjadi sektor yang dapat diamati. 

Menurutnya, harga CPO awal tahun ini masih akan tinggi.

"Investor dapat mengamati saham AALI, TAPG, DSNG, dan LSIP," sebutnya.

Di tengah pandemi yang masih berlangsung, Kiswoyo mengamati saat ini investor juga masih melihat situasi. Namun, dia menilai untuk awal tahun ini sebetulnya belum ada sentimen yang mengkhawatirkan.

Baca Juga: Mental Investor Lebih Siap Menghadapi Omicron

Hal itu belajar dari pola sebelumnya yakni kasus Covid-19 baru akan meledak 2-3 bulan setelah libur hari besar. Sehingga, jika ada gelombang ketiga, Kiswoyo memproyeksikan baru Februari atau Maret walaupun ia meyakini kondisi akan lebih kondusif dibandingkan saat gelombang kedua, varian Delta masuk Indonesia.

"Karena saat ini tingkat vaksinasi sudah lebih baik dibandingkan saat varian Delta," tuturnya.

Oleh sebab itu, Reswara Gian Investa juga memproyeksikan pasar saham masih akan menguat di awal tahun ini. Dia menjelaskan, tahun ini IHSG diprediksi pada level 7.500 sehingga saat IHSG masih berada di bawah 7.000-7.200 dia melihat masih berpeluang menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi