IHSG naik 2,02% sepekan, berikut sentimen yang bisa menggerakkan bursa pekan ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,16% ke level 5.247,69 pada perdagangan Jumat (14/8). Kenaikan IHSG di kemarin merupakan kenaikan dalam lima hari berturut-turut.

Dalam sepekan, IHSG menguat 2,02% dari penutupan Jumat (7/8). Meski IHSG melesat, investor asing justru mencatatkan net sell alias jual bersih Rp 859,47 miliar di pasar reguler dan total Rp 629,80 miliar di seluruh pasar. Asing mencatat beli bersih Rp 229,67 miliar di pasar negosiasi dan tunai dalam sepekan.

"IHSG berpeluang melemah pada perdagangan sepekan ini dengan support di level 5.178 sampai 5.119 dan resistance di level 5.218 sampai 5.300," ungkap Hans Kwee, Direktur Anugerah Mega Investama dalam riset, Senin (17/8). Sejumlah katalis pasar bisa memengaruhi pergerakan IHSG pada pekan ketiga Agustus 2020.


Baca Juga: IHSG naik lebih dari 2% sepekan, ranking bursa Indonesia naik di Asia Pasifik

1. Terjadi kebuntuan pembahasan stimulus fiskal di Kongres Amerika Serikat (AS). Masih banyak perbedaan antara partai Republik dan Demokrat dan menjadi lebih sulit karena mendekati pemilu AS. Kedua partai tentu ingin rancangan paket yang menguntungkan dan menaikkan popularitas kandidat mereka. Bila tidak terjadi kesepakatan dalam jangka pendek akan menjadi sentimen negatif bagi pasar. 

2. Pelaku pasar juga mencermati pertemuan pejabat senior dari China dan AS melalui konferensi video untuk meninjau kesepakatan perdagangan fase 1 yang ditandatangani kedua negara pada bulan Januari. Hal ini terjadi di tengah hubungan diplomatik yang memburuk antara kedua negara. Perkembangan pembahasan akan menjadi sentimen yang menggerakkan pasar.

3. Langkah Inggris menambah lebih banyak negara dalam daftar karantina menjadi sentimen negatif bagi pasar. Hal ini mungkin mendorong langkah yang sama dilakukan negara-negara lain untuk menghalangi penyebaran pandemi covid-19 dan membalas serta memberikan perlakukan yang sama. Hal ini dapat mendorong kemunduran perekonomian.

4. Data klaim pengangguran AS pertama kali turun di bawah 1 juta semenjak pertama kali dimulai pandemi covid 19. Hal ini menunjukkan perbaikan data biarpun terjadi peningkatan kasus covid-19. Tapi masih ada 28 juta orang lebih yang menerima cek pengangguran menunjukkan pasar tenaga kerja dan ekonomi AS masih lemah.

Baca Juga: Kurs rupiah berpotensi menguat setelah perayaan kemerdekaan

5. Data ekonomi yang keluar cukup variatif tetapi masih jauh di bawah dari data sebelum pandemi corona baru. Data penjualan ritel China yang lebih jelek dari harapan memberikan indikasi momentum perbaikan ekonomi negara tersebut melambat. 

6. Masih naiknya data infeksi covid 19 di dunia dan beberapa negara membuat pasar cukup hati-hati. Saat ini ada 21 juta lebih kasus dan menewaskan 770.000 orang. AS mencatat ada 5,5 juta kasus dan menewaskan 172.000 orang.

7. Negara-negara Eropa mulai khawatir akan gelombang kedua covid 19. Mulai ada kasus baru di beberapa negara mendorong kekhawatiran langkah lockdown terbatas akan mengganggu pemulihan ekonomi kawasan.

8. Pidato Presiden Joko Widodo di Sidang Paripurna DPR/MPR tidak terlalu direspons pasar. Asumsi ekonomi yang disampaikan sudah di-priced in atau sesuai harapan pasar. Terlihat harapan pemulihan ekonomi di tahun 2021 dari asumsi data makro dalam pidato presiden. 

Baca Juga: Harga emas Antam hari ini turun Rp 5.000 ke Rp 1.030.000 per gram, Senin (17/8)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati