IHSG rekor, investor cairkan reksadana



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus mengukir rekor baru. Kemarin, indeks saham ditutup di level 4.132,78, yang merupakan posisi tertinggi sepanjang sejarah. Penopangnya sentimen positif laporan keuangan semester I-2011 para emiten.

Di tengah meroketnya IHSG, para investor reksadana merealisasikan keuntungannya dengan melakukan penarikan dana (redemption) pada reksadana saham.

Beberapa manajer investasi (MI) mengungkapkan, angka redemption melonjak cukup besar belakangan ini. "Ketika IHSG menembus level psikologis, banyak yang redemption untuk merealisasikan keuntungan," ungkap Karma P. Siregar, Associate Director Mutual Fund Sales and Marketing Batavia Prosperindo Aset Manajemen, kemarin.


Michael Tjoajadi, Direktur Schroder Investment Management, mencatat, redemption reksadana saham Schroder naik 2-3 kali lipat dari kondisi normal. Ini berlangsung sejak tiga pekan terakhir seiring kenaikan IHSG.

Tren serupa juga terjadi di Bahana TCW Investment Management. "Namun, kami masih bisa menutupi keluarnya dana tersebut dengan capital gain dari kenaikan harga saham," ungkap Edward P. Lubis, Direktur Utama Bahana.

Di sisi lain, sejumlah MI mencatat kenaikan nasabah anyar (subscription) di produk reksadana saham. "Dana kelolaan kami naik 20% dari akhir Juni sampai saat ini," ungkap Suwito Haryatno, Direktur MNC Asset Management. Sementara Andreas M. Gunawidjaja, Direktur Mandiri Manajemen Investasi, bilang, pihaknya masih menerima banyak subscription kendati jumlahnya tidak sebanyak biasanya.

Para MI menduga banyak investor reksadana yang bingung menanggapi laju IHSG. "Ada investor yang menyesal karena terlalu cepat redemption namun akhirnya memilih masuk lagi," kata Karma. Ada pula yang masih ragu masuk karena menilai indeks sudah terlalu tinggi.

Jadi, bagaimana sebaiknya investor bersikap? Wawan Hendrayana, analis Infovesta Utama, menilai, saat ini relatif tepat bagi investor untuk merealisasikan keuntungan mengingat ada kemungkinan IHSG akan terkoreksi pada periode Agustus-September.

Secara historis, dalam 6-10 tahun terakhir, indeks tercatat negatif pada periode dua bulan tersebut. Ketika IHSG terkoreksi, itulah saatnya investor masuk lagi. "Saya masih optimistis IHSG bisa 4.400 akhir tahun ini," kata Wawan.

Rudiyanto, analis Infovesta Utama, menambahkan, pada dasarnya semua itu tergantung pada tujuan investor membiakan uang di reksadana. "Jika target dana sudah tercapai, profit taking itu wajar," ujarnya.

Namun, investor perlu mencermati prospek pasar ke depan yang cenderung kurang jelas lantaran tersandera isu krisis utang Amerika Serikat. "Efeknya mungkin tidak separah tahun 2008, namun pengaruhnya tak kecil," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie