IHSG Sempat Tembus Level 7.900, Intip Proyeksinya hingga Akhir 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menyentuh level 7.900 pada perdagangan Kamis (19/9). Namun tak butuh waktu lama, hanya dalam sehari IHSG jatuh meninggalkan level tertingginya.

IHSG ambles 2,05% atau 162,38 poin pada di akhir perdagangan Jumat (20/9). Alhasil, IHSG terpental ke area 7.700 atau tepatnya di level 7.743. 

Tekanan IHSG utamanya datang dari saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Pasalnya, emiten milik taipan Prajogo Pangestu ini ambrol hingga menyentuh batas Auto Rejection Bawah (ARB). 


BREN anjlok 19,295% atau turun 2.200 poin ke posisi Rp 8.825 per saham pada Jumat (20/9). Adapun kapitalisasi pasar atau market cap BREN tersisa Rp 1.180,66 triliun. 

Baca Juga: Saham Barito Renewables (BREN) Dikeluarkan dari Indeks FTSE, Efektif Per Rabu (25/9)

Sebenarnya, bila diperhatikan penguatan IHSG belakangan ini hanya didorong oleh beberapa emiten saja. Terutama, emiten Grup Prajogo Pangestu dan saham perbankan. 

Direktur Purwanto Asset Management Edwin Sebayang menilai memang kenaikan IHSG yang sempat menyentuh 7.900 didorong oleh saham-saham tertentu yang secara valuasi sudah sangat mahal. 

"Sementara saham berfundamental bagus dan kuat masih lagging. Jadi kenaikan IHSG sampai menyentuh 7.900 agak sedikit artifisial," jelasnya kepada Kontan akhir pekan lalu. 

Edwin tak menampik kejatuhan IHSG disebabkan oleh runtuhnya saham BREN setelah didepak dari indeks FTSE. Namun koreksi IHSG juga disumbang dari koreksi di sektor lain yang sudah overbought. 

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menambahkan, selain saham Grup Prajogo Pangestu dan sektor keuangan ada beberapa saham yang mulai bergerak.  

"Mulai terlihat adanya rotasi sektor dan saham saham yang mungkin menjadi lapis ke dua atau ke tiga terlihat mulai bergerak. Mulai dari sektor properti hingga farmasi," ucap dia. 

Baca Juga: IHSG Ambrol 2,05% ke 7.743 pada Jumat (20/9), Saham BREN Terjun 19,95%

Target IHSG di Akhir 2024 

Dalam jangka pendek, Edwin memproyeksikan IHSG masih akan tertekan dalam jangka pendek akibat adanya koreksi lanjutan dari saham penggerak IHSG, menyusul aksi jual lanjutan dari pelaku pasar setelah BREN keluar dari FTSE.

"Sebenarnya IHSG sudah juga memasuki kondisi jenuh beli atau overbought. Jadi wajar jika terjadi aksi profit taking dan cooling down," jelasnya. 

Namun hingga tutup 2024, Edwin masih optimistis IHSG bisa kembali bangkit menguat. Dia memproyeksikan, IHSG berpeluang menguat ke level 8.150 hingga akhir tahun ini. 

Setali tiga uang, Nico juga masih optimistis IHSG bisa kembali ke level 7.900 di akhir 2024. Dia memproyeksikan dengan probabilitas 55%, IHSG berpotensi menyentuh level 7.920–8.080.

Menurutnya ada beberapa sentimen penting yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG hingga tutup tahun nanti. Yakni, adanya potensi penurunan suku bunga The Fed dan Bank Indonesia.

Baca Juga: BREN Didepak dari Indeks FTSE, Begini Prospek Kinerja dan Rekomendasi Sahamnya

Lalu ada sentimen dari pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka pada Oktober mendatang, serta adanya pemilihan jajaran kursi menteri di kabinet terbaru. 

Dengan adanya pemangkasan suku bunga, investor bisa mencermati saham-saham di sektor keuangan, properti, konsumen primer, otomotif, terutama BMRI, BBRI, BBNI, BBCA, BNGA, BBTN, ARTO, BSDE, SMRA, CTRA, AMRT, ICBP, INDF, MYOR

Head of Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi memproyeksikan IHSG berada di rentang 7.700–7800 hingga akhir 2024, dengan estimasi pertumbuhan PDB di atas 4,9% dan inflasi terjaga di bawah 3%. 

Audi menjelaskan asumsi tersebut juga masih mengantisipasi faktor ekonomi makro global, termasuk Amerika Serikat karena dengan langkah agresif yang dilakukan saat ini juga bisa mengindikasikan sesuatu yang negatif. 

"Ada beberapa sektor lain yang berpotensi menopang IHSG, seperti properti seiring dengan insentif PPN DTP dan pemangkasan suku bunga serta emiten di sektor komoditas," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi