IHSG sentuh all time high, simak rekomendasi analis berikut ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,12% ke 6.691,34 pada akhir perdagangan Kamis (11/11). IHSG berhasil menembus rekor all time high (ATH) atau tertinggi sepanjang masa di 6.689 pada Februari 2018 silam. Bahkan, IHSG sempat mencapai level 6.704.

Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana memprediksi, penguatan IHSG akan terus berlanjut hingga akhir tahun 2021. 

Ia menargetkan, IHSG bisa mencapai level 6.750-6.800 sampai akhir tahun, target tersebut merupakan revisi dari target awal 6.600-6.700.


Sejumlah sentimen positif akan mendorong pergerakan IHSG. Utamanya, sentimen positif datang dari jumlah kasus Covid-19 di Indonesia yang melandai, sehingga aktivitas dan mobilitas masyarakat sudah meningkat serta perlahan menuju kondisi normal.

Dengan demikian, ia memprediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 4% hingga tutup tahun ini dan diproyeksi akan naik 5%-7% pada tahun depan. Kinerja emiten yang terus membaik juga jadi sentimen positif.

Baca Juga: Usai tembus rekor tertinggi, IHSG diramal bisa menuju level 6.850 sampai akhir tahun

Meski begitu, Wawan mengingatkan investor untuk tidak hanyut dalam euforia penguatan IHSG yang mencapai level tertingginya.

Menurutnya, secara historis setelah IHSG tembus ATH akan terkoreksi lantaran ada aksi profit taking. 

"Profit takingnya bisa berapa dalam? Rata-rata bisa 20% dari level ATH-nya. Jadi misal nanti IHSG menyentuh 6.700 dan ada katalis negatif apapun itu, jangan kaget kalau bisa turun ke kepala 5 lagi, misalnya 5.800," paparnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (11/11).

Lebih lanjut Wawan menilai koreksi tersebut terbilang wajar jika dilihat menurut historisnya.

Adapun sentimen negatif yang bisa membuat IHSG melemah seperti kenaikan suku bunga The Fed yang lebih cepat dibanding perkiraan pelaksanaan kenaikan pada kuartal III atau kuartal IV-2022 mendatang. 

Selain itu, pasar juga akan mewaspadai perkembangan kasus Covid-19, jika kasus Covid-19 kembali meningkat dan PPKM kembali diperketat akan menahan laju IHSG.

Oleh karena itu, Wawan merekomendasikan pelaku pasar untuk masuk dalam jangka panjang dan membidik saham-saham yang memiliki fundamental yang baik.

Kalaupun mau memburu saham-saham dengan kenaikan yang tinggi, pelaku pasar bisa melakukan investasi jangka pendek, namun tetap dalam porsi yang sedikit dan jangan lupa melakukan diversifikasi portofolio.

Wawan menilai, saham-saham dari sektor keuangan seperti perbankan menarik untuk dijadikan pilihan. Misalnya saja saham-saham bank besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI. 

Menurutnya kinerja perbankan besar masih akan terus tumbuh hingga tahun depan.

Wawan memasang target harga Rp 8.000 untuk BBCA, Rp 4.500 untuk BBRI, dan 7.600 untuk saham BMRI hingga tahun depan.

Selain itu, saham-saham dari sektor barang konsumsi juga menarik untuk dicermati seiring dengan proyeksi meningkatnya tingkat konsumsi masyakat. 

Dari sektor ini ia menjagokan saham ICBP. Selanjutnya, saham-saham defensif juga tak kalah menarik untuk diincar yakni dari sektor telekomunikasi seperti TOWR dan TBIG.

Adapun target harga untuk saham ICBP berada di Rp 10.000, kemudian target harga saham TOWR Rp 1.400, dan saham TBIG dengan target harga Rp 3.200 per saham.

Selanjutnya: IHSG ditutup di zona hijau, asing banyak memborong saham-saham ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi