IHSG sesi II masih akan ditutup di bawah 4.000



JAKARTA. Beberapa analis mengamati, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan tertekan pada sesi II nanti. Analis Indosurya Asset Management, Fridian Warda melihat, tekanan terhadap IHSG dan bursa regional lainnya merupakan imbas dari sentimen negatif berita Asia Pasifik. Menurut Fridian, investor mencemaskan rilis data Growth Domestic Product (GDP) China kuartal kedua yang diprediksi turun menjadi 7,7%, dari 8,1% di kuartal pertama tahun lalu. "Sebelumnya data negatif juga datang dari penurunan data ketenagakerjaan Australia di bulan Juni," kata Fridian, Kamis (12/7). Fridian menilai, imbas krisis yang tengah terjadi di Eropa, benar-benar memberikan tekanan terhadap pertumbuhan negara-negara di Asia, terutama untuk perkembangan di sektor ekspor-impor.Pada sesi kedua nanti, Fridian memproyeksikan, IHSG masih akan ditutup di bawah level 4.000 dengan pergerakan terbatas ke area support di level 3.950 dan peluang resistance di level 4.030. Oleh karenanya, dia menyarankan agar investor melakukan aksi wait and see terlebih dahulu. "Pilihan saham masih seputar sektor barang konsumsi, dengan saham GGRM yang dapat dibeli (buy on weakness) pada level harga Rp 58.200," sarannya.Dia juga melihat, sektor agrikultur bisa menjadi pilihan yang cukup menarik dengan merekomendasikan saham LSIP dan BWPT. "Diproyeksikan, tingkat permintaan CPO akan meningkat di semester kedua nanti yang didukung oleh kegagalan panen kedelai dan Jagung di AS," jelas Fridian. Selain itu, banyak analis yang meprediksi, harga CPO berpotensi kembali rebound ke level 3.500 ringgit per ton sampai akhir tahun.Sementara itu, analis Reliance Securities, Christine Natasya juga mengamati, IHSG akan terus bergerak menuju teritori negatif sampai akhir penutupan perdagangan nanti di kisaran 3.939-4.022. Christine merekomendasikan investor untuk bermain secara intraday (bermain saham dalam jangka pendek atau melakukan jual beli dalam satu hari kerja saham atau batas maksimal dua hari) di tengah kondisi saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie