KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) masih bersemi sepanjang Desember 2020. Di bulan terakhir tahun ini, IHSG masih menghijau 7,06%. Pada perdagangan Rabu (23/12), IHSG sudah bertengger di atas level 6.000, tepatnya di 6.008,71. Penguatan IHSG pada bulan Desember pun bersamaan dengan momentum
windows dressing. Para pengelola reksadana dan manajer portofolio lainnya memoles penampilan kinerja dana di akhir tahun. Nah, biasanya penguatan IHSG pada periode Desember akan berlanjut pada Januari tahun depan. Fenomena ini disebut dengan
January effect.
January effect merupakan fenomena tahunan yang terjadi pada pasar modal dengan menguatnya harga-harga saham di bulan Januari.
Pertanyaannya, apakah
January effect akan terjadi pada tahun depan? Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Indonesia Anggaraksa Arismunandar menilai, dengan kenaikan kumulatif yang telah terjadi dalam periode Oktober-Desember 2020, IHSG memiliki potensi untuk mengalami
cooling down terlebih dahulu di bulan Januari.
Baca Juga: Tahun 2021 akan menjadi tahun investasi saham “Meskipun pasar mengenal mitos
January effect, tetapi fenomena ini cenderung tidak sekuat fenomena
windows dressing di bulan Desember,” terang Anggaraksa kepada Kontan.co.id. Melansir Bloomberg, sepanjang kuartal keempat berjalan, IHSG sudah naik cukup signifikan, yakni mencapai 23,38%. Di periode Oktober 2020, IHSG tumbuh 5,30%. Sementara di periode November 2020, IHSG memberi
return 9,44%. Di awal tahun depan, lanjut Anggaraksa, sentimen yang patut diwaspadai oleh pelaku pasar antara lain masih akan seputar pandemi Covid-19. Pasar akan mengamati perkembangan dimulainya proses vaksinasi yang rencananya akan dimulai tahun depan. Di sisi lain, investor juga akan mewaspadai masih tingginya jumlah kasus infeksi dan kemunculan varian baru Covid-19.
Baca Juga: Berkinerja apik di tahun ini, obligasi disebut masih akan prospektif pada tahun depan Di sisi lain, masih ada sejumlah katalis positif yang dinilai mampu menjadi angin segar bagi IHSG. Menurut Anggaraksa, sentimen positif yang berpeluang mendorong IHSG antara lain adalah pembentukan
sovereign wealth fund (SWF) serta aturan-aturan turunan dari Omnibus Law UU Cipta Kerja lainnya. Di awal tahun depan, NH Korindo Sekuritas Indonesia merekomendasikan saham di sektor-sektor
cyclical seperti properti, konstruksi, dan pertambangan nikel. Adapun saham yang bisa menjadi pilihan antara lain PT Ciputra Development Tbk (
CTRA), PT Pakuwon Jati Tbk (
PWON), PT Wijaya Karya Tbk (
WIKA), PT PP Tbk (
PTPP), PT Vale Indonesia Tbk (
INCO), dan PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM).
Selain itu, Anggaraksa juga menyarankan agar investor tetap mengombinasikan dengan saham-saham yang bersifat defensif seperti sektor telekomunikasi dan perbankan (banking). Saham-saham yang bisa menjadi pilihan antara lain PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM), PT XL Axiata Tbk (
EXCL), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR), PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI).
Baca Juga: Bahana TCW proyeksikan IHSG pada 2021 bisa sentuh 6.800, didorong stimulus ekonomi Baca Juga: IHSG diproyeksi menguat pada Senin (28/12), cermati rekomendasi berikut Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati