KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan masih cenderung terbatas menjelang tahun 2026 di tengah kondisi likuiditas pasar yang relatif rendah. Meski demikian, prospek tren jangka menengah IHSG dinilai tetap positif seiring dukungan sentimen global dan domestik. Pada akhir perdagangan tahun 2025, Selasa (30/12/2025), IHSG ditutup menguat tipis 2,68 poin atau 0,03% ke level 8.646,93. Kinerja pasar saham tersebut mencerminkan pergerakan yang selektif di tengah minimnya aktivitas transaksi jelang pergantian tahun.
Dari sisi pergerakan saham, tercatat sebanyak 346 saham menguat, 317 saham melemah, dan 146 saham stagnan. Enam indeks sektoral berhasil mencatatkan penguatan sehingga menopang kenaikan IHSG, sementara lima indeks sektoral lainnya berada di zona merah.
Baca Juga: Dari Krisis ke Rekor: IHSG Raih 24 All Time High di Tahun 2025 Indeks sektoral dengan kenaikan terbesar dipimpin oleh sektor barang konsumen siklikal yang melesat 3,03%. Disusul sektor infrastruktur yang naik 2,04% dan sektor keuangan yang menguat 0,97%. Adapun sektor dengan kinerja terlemah adalah sektor kesehatan yang turun 1,53%, sektor barang baku melemah 1,17%, serta sektor teknologi yang terkoreksi 0,98%. Secara keseluruhan, kinerja IHSG sempat tertekan sepanjang semester I-2025. Namun, indeks berhasil bangkit pada paruh kedua tahun 2025 dan bahkan mencatatkan all time high (ATH) sebanyak 24 kali, mencerminkan pemulihan sentimen investor dan membaiknya kepercayaan pasar. Setelah pergantian tahun, pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia akan dilakukan pada Jumat (02/01/2026). Mengawali tahun baru, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang memproyeksikan IHSG masih berpeluang bergerak dalam area terbatas atau konsolidatif pada sesi awal perdagangan. "Karena aktivitas trading yang masih tipis dan volume yang cenderung rendah di tengah liburan akhir tahun dan awal tahun," ujar Alrich kepada Kontan, Selasa (30/12/2025). Meski demikian, Alrich menilai tren utama (primary trend) IHSG saat ini masih mengarah positif. Optimisme tersebut terutama didorong oleh potensi berlanjutnya sikap dovish The Federal Reserve serta peluang stimulus domestik yang dapat menjadi katalis positif di awal tahun.
Baca Juga: IHSG Menghijau di Tahun 2025, Ketum AEI Soroti Peran Investor Ritel Kondisi tersebut dinilai dapat mendukung masuknya arus modal asing (capital inflow) ke Indonesia, mengingat valuasi pasar saham domestik relatif menarik dibandingkan dengan emerging markets lainnya. Hal ini membuka ruang bagi IHSG untuk melanjutkan apresiasi dalam jangka menengah. Dari sisi eksternal, sentimen makro global masih menjadi perhatian pelaku pasar menjelang dan setelah pergantian tahun. Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global, termasuk potensi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, dinilai berpotensi memperkuat arus modal ke aset berisiko, termasuk pasar saham di negara berkembang seperti Indonesia. Situasi tersebut berpeluang menopang pergerakan IHSG dan membuka peluang berlanjutnya fase bullish pada awal 2026. Sementara dari dalam negeri, sentimen pasar dinilai relatif kondusif dengan perekonomian Indonesia yang diperkirakan tetap ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi, meski pertumbuhan ekonomi cenderung moderat. "Prospek tersebut mendorong sikap risk-on investor terhadap aset domestik, khususnya pasar saham," lanjutnya. Meski prospek jangka menengah masih positif, Alrich mengingatkan investor untuk tetap mewaspadai potensi peningkatan volatilitas di awal tahun. Periode tersebut kerap diwarnai oleh aksi profit taking, rebalancing portofolio, serta penyesuaian alokasi aset oleh investor institusi pascapenutupan buku tahunan. Selain itu, volume transaksi yang relatif tipis selama masa libur juga berpotensi membuat pergerakan pasar menjadi kurang stabil. Kondisi ini dapat memicu distorsi harga akibat aktivitas spekulatif jangka pendek, sehingga investor disarankan untuk tetap menerapkan manajemen risiko secara disiplin dalam mengambil keputusan investasi. Berdasarkan kondisi makroekonomi dan tren fundamental hingga akhir 2025, Alrich merekomendasikan investor untuk mulai mencermati sejumlah sektor yang dinilai prospektif pada 2026.
Baca Juga: IHSG Cetak All Time High 24 Kali pada 2025, Ini Catatan Pengamat untuk Otoritas Bursa Sektor perbankan dan keuangan diperkirakan tetap atraktif seiring terjaganya stabilitas likuiditas, pertumbuhan kredit yang berlanjut, serta ekspektasi kebijakan moneter yang cenderung akomodatif. Selain itu, sektor konsumsi dan barang konsumen juga dipandang menjanjikan karena ditopang oleh permintaan yang relatif resilien terhadap siklus ekonomi, baik dari konsumsi domestik maupun faktor musiman. Di sisi lain, sektor telekomunikasi dan layanan digital berpotensi melanjutkan kinerja positif, seiring pertumbuhan penggunaan data serta meningkatnya kebutuhan terhadap layanan dan utilitas digital yang berkelanjutan.
Untuk perdagangan perdana tahun 2026 pada Jumat (02/01/2026), Alrich memprediksi IHSG akan bergerak pada rentang support di level 8.600 dan resistance di level 8.700.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News