KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Arah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) seakan masih belum menentu saat tak kunjung menembus level psikologis 7.000. Pada perdagangan Kamis (14/9), IHSG masih mampu menguat 0,34% ke level 6.959,33. Analis Saham Rakyat by Samuel Sekuritas Billy Halomoan melihat IHSG tetap mencoba menembus resistance di area 6.960. IHSG belum bisa bertahan cukup lama di atas level tersebut meski pengujian sudah terjadi beberapa kali pada bulan Juli, Agustus dan September ini. Secara teknikal, tren bullish mulai terbentuk dengan higher high yang membawa kemungkinan IHSG bisa keluar dari zona sideways.
"Kami melihat IHSG dalam 1-2 minggu ke depan punya potensi untuk melakukan breakout ke level 7.000-an karena pergerakannya sudah membentuk higer high," kata Billy saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (14/9).
Baca Juga: BEI Rilis IDX New Listing Information, Ini Fitur Terbarunya Hanya saja, kondisi itu akan turut dipengaruhi oleh sejumlah sentimen yang menyelimuti pasar. Pertama, dari faktor global terkait kepastian suku bunga The Fed yang dinantikan oleh para pelaku pasar. Kedua, kondisi dalam negeri yang saat ini sedang dibayang-bayangi oleh kenaikan inflasi menyusul kenaikan harga beras dan minyak bumi. Pengamat Pasar Modal dan Founder WH-Project William Hartanto menimpali, pergerakan IHSG saat ini masih sideways dalam rentang 6.900 - 7.000. William memperkirakan kondisi ini akan berlangsung sampai akhir bulan September. Menurut dia, tidak banyak sentimen data ekonomi yang menggerakkan IHSG, melainkan lebih karena faktor siklus tahunan yang secara historis cenderung melandai di bulan September. "Hanya siklus tahunan saja, pergerakan tidak banyak disertai sentimen," ungkap William. Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus menilai IHSG masih bisa mencapai rebound sementara. Namun, dalam skenario bearish, IHSG berpotensi turun ke bawah level 6.900 pada pekan depan. Mempertimbangkan kondisi tersebut, pelaku pasar bisa melakukan sell on strength atau taking profit terlebih dulu. Kemudian, bisa koleksi kembali saat IHSG mengalami koreksi yang berpotensi menuju ke level 6.800. Sementara itu, jika ingin melakukan koleksi, William menyarankan strategi buy on weakness ketika IHSG sedang sideways. Saran William, strategi ini bisa dilakukan pada saham-saham bluechip dan saham lapis kedua. Sedangkan untuk saham lapis ketiga, waspadai volatilitas yang lebih tinggi. Di antara deretan saham first liner dan second liner, William menyematkan rekomendasi buy untuk saham PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (
TLKM), dan PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA). Selain itu, saham layak koleksi lainnya adalah PT Elnusa Tbk (
ELSA), PT XL Axiata Tbk (
EXCL), PT Merdeka Battery Materials Tbk (
MBMA), PT Barito Pacific Tbk (
BRPT), PT Smartfren Telecom Tbk (
FREN), dan PT Bukalapak.com Tbk (
BUKA). Senada, Billy juga menyarankan pelaku pasar untuk buy on weakness pada saham-saham bigcaps. Terutama saham perbankan yang sedang terkoreksi dan terdiskon secara valuasi, namun berfundamental apik. Seperti big-banks BBCA, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (
BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI).
Baca Juga: Saham Grup Medco MEDC dan AMMN Menguat, Ini Pendorongnya Di samping itu, saham dari sektor energi seperti batubara dan minyak juga masih berpotensi naik hingga akhir September. Pada saham-saham terkait energi, Billy menjagokan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Medco Energi Internasional Tbk (
MEDC) dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (
ESSA).
Pelaku pasar juga layak memperhatikan saham PT Sumber Global Energy Tbk (
SGER), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (
CUAN), PT Wismilak Inti Makmur Tbk (
WIIM), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (
WIKA). Sebagai saham pilihan yang layak dikoleksi, Daniel menyarankan buy on weakness PT Astra International Tbk (
ASII) pada level harga Rp 5.800 - Rp 6.100 dengan target di area Rp 7.200. Rekomendasi lainnya, buy on weakness saham PT Erajaya Swasembada Tbk (
ERAA), PT Sinar Eka Selaras Tbk (
ERAL), dan PT Jayamas Medica Industri Tbk (
OMED). Dengan target masing-masing di harga Rp 600, Rp 400, dan Rp 250 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi